Daily News|Jakarta –Ekonom senior Rizal Ramli memberikan saran terkait semakin naiknya utang luar negeri (ULN) Indonesia. Menurut Rizal Ramli, ada banyak cara untuk mengatasi masalah luar negeri yang saat ini berhasil tembus Rp6.000 triliun.
Rizal mengatakan negosiasi dan renegosiasi atas utang luar negeri menjadi sangat penting dilakukan. Dia memberi contoh saat sebagai menteri keuangan di era Presiden Abdurahman Wahid menyetujui langkah-langkah negosiasi untuk memperbaiki keuangan Indonesia.
Rizal saat melakukan negosiasi dengan Jerman untuk memulihkan negosiasi Indonesia. Jerman pun menyetujui pemotongan utang Indonesia dengan kompensansi Indonesia harus menyediakan lahan untuk persetujuan
Rizal kala itu mengaku bertemu dengan menteri keuangan Jerman dan tercapai kesepakatan potong utang hingga 600 juta dolar AS. Indonesia sebagai balasan menyediakan 300 ribu hektare lahan di Kalimantan buat konservasi.
Dia kembali menyarankan pemerintah Indonesia saat ini melakukan hal yang sama, negiosiasi dengan negara-negara pemberi utang. Lobi-lobi dalam negosiasi ini diperlukan sehingga tercipta pemahaman yang sama.
Jika Indonesia sukses melakukan negosiasi dan lobi-lobi utang, Rizal yakin bisa memotong atau mengurangi utang Indonesia hingga 20 miliar dolar AS.
Ia meminta pemerintah melobi Kanada, Eropa, untuk mengurangi utang dan mengganti dengan lahan konservasi. “Bisa lebih dari 20 miliar dolar utang Indonesia bakal dipotong,” kata Rizal, Jumat (17 Juli).
Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per akhir Mei 2020. Dari laporan BI, utang luar negeri Indonesia hampir tembus Rp 6.000 triliun dengan kurs rupiah per dolar AS sebesar Rp 14.800.
Dalam penjelasan pers yang disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko disebutkan, ULN Indonesia tercatat 404,7 miliar dolar AS pada akhir Mei 2020.
Jika dirupiahkan dengan kurs 14.800 per dolar AS, total ULN Indonesia mencapai Rp 5.990 triliun atau nyaris tembus Rp 6.000 triliun. Jika pakai kurs 15 ribu per dolar AS, maka ULN tembus di atas Rp 6.000 triliun.
Onny mengatakan utang itu terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) 194,9 miliar dolar AS atau Rp 2.884 triliun dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 209,9 miliar dolar AS atau Rp 3.106 triliun.
ULN Indonesia tersebut tumbuh 4,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2020 sebesar 2,9% (yoy). Ini dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. (DJP)
Discussion about this post