Daily News|Jakarta – Pemerintah menyiapkan skenario untuk memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat hingga 6 minggu. Hal ini dilakukan karena eskalasi penyebaran pandemi Covid-19 khususnya varian delta masih meningkat.
“PPKM darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan,” tulis Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam bahan paparannya dengan Banggar DPR, Senin (12/7/2021).
Oleh karena itu APBN akan diperkuat untuk merespons dampak negatif peningkatan kasus Covid-19 kepada perekonomian. Penguatan mencakup akselerasi vaksinasi, efektivitas PPKM darurat, dan kesiapan sistem kesehatan, baik fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.
Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi semester I sekitar 3,1% hingga 3,3%. Sementara sepanjang tahun 2021 diperkirakan mencapai 3,7% sampai 4,5%.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 hanya akan mencapai 3,8%. Padahal semula BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,1-5,1% dengan titik tengah 4,6%.
Ia mengatakan revisi tersebut berdasarkan asesmen awal BI sebagai efek pemberlakuan PPKM darurat periode 3 hingga 20 Juli 2021. “Kami detail menyampaikan dan asesmen awal pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 akan lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya titik tengah 4,6%. PPKM darurat ini dilakukan selama 1 bulan dan menurunkan Covid-19, pertumbuhan ekonomi akan turun sekitar 3,8%,” jelas Perry.
Kendati begitu, ia mengaku masih terus mempertimbangkan berbagai hal termasuk dampak PPKM darurat terhadap penurunan mobilitas dan penurunan konsumsi, khususnya yang berdampak pada mobilitas. “Kami terus melihat secara indikator-indikator, tapi asesmen kami menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2021 akan lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya yang titik tengahnya 4,6%,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa berdasarkan pembahasan G20 telah terjadi divergensi pola pertumbuhan ekonomi di setiap negara, tergantung pada kecepatan vaksinasi dan besaran stimulus fiskal dan moneter. Saat ini negara maju seperti Amerika dan Tiongkok telah menunjukkan pemulihan ekonomi lebih cepat lantaran vaksinasi semakin terakselerasi.
Perry menyebut bahwa pasar keuangan domestik sempat mengalami tekanan dikarenakan kenaikan yield US Treasury menyusul The Fed yang akan melakukan perubahan kebijakan moneter dan terjadi lonjakan Covid-19 dalam negeri. Kendati begitu Bank Indonesia dan pemerintah tetap berkomitmen untuk terus mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan surat berharga negara (SBN).
“Kelihatan bahwa pada kuartal I dan kuartal II, terdapat perbaikan ekonomi, tapi ke depan harus melihat bagaimana dampak kenaikan Covid-19,” ungkapnya. (DJP)
Discussion about this post