Daily News|Jakarta – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho memprediksi tensi perang dagang Amerika Serikat dan China di era kepemimpinan Presiden terpilih Joe Biden akan lebih tinggi dibandingkan Donald Trump.
Pasalnya, dia mengatakan Biden sempat mengkritik Trump dalam kesepakatan dagang fase pertama dengan China. Biden menilai Trump tidak berhasil meningkatkan produksi dalam negeri AS.
“Apakah perang dagang akan menurun tensinya? Saya rasa tidak akan, tetap ada bahkan meningkat, karena salah satu kritik Biden terhadap Trump adalah ketika Trump menandatangani perjanjian fase 1 dengan China. Di bawah kesepakatan fase 1 dengan China itu (AS dinilai) tidak bisa meningkatkan industri produksi dalam negeri,” katanya dalam diskusi daring pada Minggu (8/11).
Pernyataan Biden terkait AS ‘kalah besar’ dalam kesepakatan dagang tersebut dinilai Andry sebagai indikasi bahwa pemerintah AS di bawah kepemimpinan Biden masih akan bersitegang dengan China.
Untuk diketahui, pada Januari lalu AS dan China meneken kesepakatan damai dagang fase pertama. Dalam salah satu poin dalam kesepakatan itu, China setuju membeli barang dari AS senilai setidaknya US$200 miliar.
Sebaliknya, AS setuju untuk menangguhkan tarif pada sejumlah produk elektronik senilai US$160 miliar dolar AS. Sedianya, tarif tersebut berlaku pada 15 Desember 2019 lalu.
Namun, akibat pandemi, pembelian produk AS oleh China masih jauh tertinggal. Biden di berbagai kesempatan mengkritik lemahnya komitmen China dalam kesepakatan tersebut.
Lebih lanjut, Andry juga menyebutkan bahwa tensi akan meningkat karena Biden diprediksi akan bersekutu dengan negara lainnya untuk menetapkan perang dagang terhadap China.
“Selanjutnya Biden akan kerjasama dengan sekutu AS untuk sama-sama menetapkan trade war kepada China, kemungkinan besar tensi akan meningkat,” tambahnya.
Dalam agenda pemulihan ekonomi Biden pun, kata Andry, akan mendorong produk-produk buatan dalam negeri AS dan pengadaan infrastruktur menggunakan produk yang diproduksi AS.
Melihat arah kebijakan Biden ke depan, membuatnya yakin Biden akan cenderung melakukan perjanjian atau kerja sama regional, bukan bilateral.
“Legacy (warisan) Trump adalah perang dagang dan resesi ekonomi, kemungkinan besar beberapa tahun ke depan masih akan dialami AS dan ini menjadi tantangan,” tutupnya.
Iran Sebut Biden Punya Peluang Tebus Kesalahan Masa Lalu AS
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Amerika Serikat memiliki kesempatan ‘menebus kesalahan lampau’ menyusul kemenangan Joe Biden dalam Pilpres 2020 melawan petahana Donald Trump.
“Sekarang ada kesempatan bagi pemerintahan AS di masa depan untuk ‘mengkompensasi’ kesalahan sebelumnya dan kembali ke jalur kepatuhan pada komitmen internasional,” kata Rouhani pada Minggu (8/11) seperti dikutip dari AFP.
Pada pemerintahan AS di bawah Donald Trump, Negeri Paman Sam menerapkan berbagai kebijakan yang menekan Iran dan memberikan sanksi yang melumpuhkan sejak mereka menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018.
Sanksi yang diberlakukan kembali oleh Trump menargetkan sektor-sektor strategis seperti industri minyak dan hubungan perbankan.
“Kebijakan pemerintah AS yang merugikan dan salah selama tiga tahun terakhir ini tidak hanya dikutuk oleh orang-orang di seluruh dunia, tetapi juga ditentang oleh rakyat (AS) dalam pemilihan baru-baru ini,” kata Rouhani.
Dia menambahkan perlawanan heroik rakyat Iran terhadap perang ekonomi yang dipaksakan oleh Trump membuktikan bahwa kebijakan tekanan maksimum tidak berhasil menaklukkan Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada Selasa (3/11) bahwa hasil pemilu AS tidak akan berpengaruh pada kebijakan Teheran terhadap Washington.
Harapan perbaikan hubungan AS-Iran muncul setelah Biden sempat mengatakan selama kampanye soal rencana memulai jalan yang kredibel dalam berdiplomasi dengan Iran.
Dengan terpilihnya Biden, kemungkinan untuk AS dan Iran kembali ke kesepakatan nuklir 2015 yang dinegosiasikan ketika dia menjadi wakil presiden di bawah Barack Obama kembali terbuka lebar. (HMP)
Discussion about this post