Daily News Indonesia – Beberapa hari ini tudingan miring sering dialamatkan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Tudingan-tudingan itu datang dari orang-orang yang selama ini membuat gaduh di bangsa Indonesia, namun mereka sejauh ini belum tersentuh oleh hukum.
Meski mendapat tudingan negatif tanpa bukti, orang nomor satu di DKI Jakarta itu enggan membalas mereka, baik melakukan klarifikasi atau menempuh jalur hukum untuk memberikan efek jerah kepada mereka, tetapi dia (Anies-red) membalas tudingan itu dengan hasil karya seperti pembangunan tempat ibadah bagi semua agama di Indonesia, hingga menyalurkan bantuan dana dan insentif bagi para pekerja di tempat ibadah.
Menanggapi gerakan-gerakan atau tudingan-tudingan yang bisa memecahbelah umat beraga hingga masyarakat Indonesia, Calon Ketua Umum (Caketum) Pengurus Pusat Pemuda Katolik periode 2021-2024, Friederich Batari menyarankan agar cara-cara memecah sesama itu ditinggalkan, karena tudingan tersebut tidak mendasar dan berpengaruh pada kerukunan antar sesama anak bangsa.
“Saya kira udah masa lalu , langkah mundur kalau kita misalnya intoleransi. Saya kira kalau figur Pak Anies kalau kita belajar akan tau, dia sendiri studi di Amerika, bapak angkatnya itu seorang Kristen ya, Jadi figur Pak Anies ini sudah paripurna sebenarnya,” kata Friederich kepada KBA News lewat sambungan telpon, Jumat 29 Oktober 2021 kemarin.
Sosok Gubernur DKI Jakarta ini, kata lelaki yang saat ini menjabat Ketua Bidang Kominfo PP Pemuda Katolik ini, figur Anies Baswedan sudah selesai dengan konteks intoleransi, karena bertahun-tahun dirinya tinggal di Amerika Serikat yang begitu mengutamakan toleransi. Olehnya itu, jika ada tudingan-tudingan miring seperti radikal hingga intoleransi kepada Anies adalah bagian dari politisasi semata.
“Pak Anies itu sudah selesai dengan Pancasila, NKRI dan sebagainya. Saya pikir figur Pak Anies secara intelektual juga oke, kalau menuding dia intoleran itu sangat politis,” ucapnya.
Tkoh Muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang baru saja menyelesaikan studi magisternya ini menyarankan agar isu-isu radikal dan intoleran tidak perlu dipakai lagi, apalagi hal itu digunakan untuk mendestruksi sesorang jelas moment Pemilihan Umum (Pemilu), karena akan memundurkan demokrasi di Indonesia.
“Jadi janganlah menghembuskan isu intoleransi itu di Jakarta, dan kalau itu sebagai konteks 2024 janganlah membawa SARA yang justeru memundurkan proses demokrasi di Indonesia,” pintanya.
Terkait dengan gerakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu memakmurkan tempat ibadah di Jakarta dari membangun hingga memberikan insentif adalah bagian dari ikhtiar Anies dalam memperhatikan masyarakatnya. Apalagi di Kota Jakarta terdapat semua umat beragama, dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu hingga Budha yang harus mendapat pelayanan dengan baik.
“Saya melihat dari sisi positif aja, sudah seyogyanya pemimpin memang memperhatikan rakyatnya, memang beragam agama di sini, mohon maaf tidak hanya umat Muslim, Kristen, Budah, Hindu dan lainnya, memang sebuah keniscayaan yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Kalau melihat sebagai pencitraannya seyogyanya dilakukan oleh seorang pemimpin daerah dan pemimpin lainnya saya kira ini normal aja ya,” tutup Pengurus Pusat PMKRI ini. (RBA)RBA
Discussion about this post