Beberapa waktu yang lalu, saya pernah singgah di Purwakarta. Purwakarta adalah kota kecil yang tak jauh dari ibukota, Jakarta. Pergi ke sana cukup gampang via tol sudah cepat sampai. Sayang saya hanya singgah semalam. Namun cukup berkesan.
Minggu malam, sekitar pukul 21.00 Wib, saya berangkat ke Purwakarta. Saya berangkat dari kantor Kementerian Dalam Negeri, bersama dengan beberapa staf Kementerian dan dua orang wartawan lainnya. Menggunakan dua mobil, kami berangkat saat arus lalu lintas ibukota masih merayap padat. Maklum, pukul 21.00 Wib, masih waktu sibuk di jalan.
Akhirnya, mobil bisa masuk jalan tol. Mobil pun langsung melesat di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek. Sesekali, laju mobil merayap, karena terhalang truk-truk yang mulai memenuhi jalur jalan bebas hambatan. Makin malam, truk-truk yang menuju arah Cikampek, kian padat. Kecepatan mobil pun kembali melambat. Di sebuah rest area, kami berhenti untuk istirahat dan makan malam. Di Solaria, kami mengisi perut. Ngobrol-ngobrol sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan.
Rencananya, kami akan keluar dari pintu tol Jatiluhur. Artinya, kami harus mengambil jalur tol Cipularang yang mengarah ke Bandung. Jalur Cipularang juga lumayan padat. Tapi, tak sepadat jalur tol Cikampek. Menjelang tengah malam, mobil yang kami tumpangi keluar dari pintu tol Jatiluhur dan langung menuju ke arah pusat Kota Purwakarta.
Tidak berapa lama gerbang kota sudah kelihatan. Sebuah gapura besar dengan tulisan Sampurasun menyambut kami. Berarti sudah kami sudah masuk kota Purwakarta. Rencananya kami akan menginap di Hotel La Derra. Namanya unik, mirip bahasa Spanyol.
Ke pusat kota Purwakarta, bagi saya adalah yang pertama kali. Selama ini, saya hanya selintas lalu lewat Purwakarta, jika hendak ke Bandung. Itu pun dulu, saat tol Cipularang belum ada. Jadi, sudah lama sekali.
Tidak perlu mencari lama, mungkin tak lebih dari lima menit, hotel yang akan kami inapi sudah ketemu. Hotel La Derra ternyata hotel kecil. Entah hotel bintang berapa. Mungkin hanya hotel bintang satu. Saat berangkat, saya justru mengira hotel La Derra mungkin sebuah penginapan biasa atau hotel kelas melati.
Namun hotel tampak menarik, meski tak begitu besar. Meminjam istilah orang Sunda, hotel La Derra ini seperti hotel leutik campereunik. Hotel kecil yang menarik. Di depan hotel, tepat di pintu masuk, tergantung dua lampu lampion warna merah. Nama hotel terpampang di atas memakai lampu neon. Jadi, langsung bisa dibaca jelas meski malam hari. Turun dari mobil, lalu ambil tas di bagasi belakang, kami pun bergegas masuk hotel. Rasa lelah membuat kami ingin segera masuk kamar hotel.
Ruangan depan hotel, tak begitu luas. Begitu pintu depan hotel dibuka, langsung telihat meja resepsionis. Di sebelah meja resepsionis, terdapat sebuah ruangan berisi meja dan kursi. Sepertinya tempat ngopi tamu hotel.
Setelah mengurus administrasi dan mengambil kunci, kami pun langsung menuju kamar, lewat pintu di sebelah meja resepsionis. Begitu pintu dibuka, tampak sebuah ruangan terbuka. Semacam taman kecil. Ada meja dan kursi di pojok taman dinaungi payung-payung.
Kamar saya ada di lantai dua. Di dekat lorong menuju kamar, terdapat teras, lengkap dengan meja dan kursi yang naungi payung. Setelah menaruh tas, buka sepatu dan membasuh muka, saya kembali ke teras, berniat santai sejenak. Ternyata di teras, sudah ada Pak Acho, Carlos dan Ikbal.
Kami pun memesan kopi. Tak lama Iman ikut bergabung. Niat langsung tidur pun dipending. Menjelang pukul satu dini hari, acara ngobrol ngalor ngidul selesai. Semua menuju kamar masing-masing. Saya satu kamar dengan Carlos. Begitu tiba di kamar, Carlos langsung membantingkan diri ke ranjang. Kamar hotel cukup bersih.
Saya kemudian melongok kamar mandinya. Lumayan bersih dan luas. Ada shower untuk mandi. Di pojok terdapat ember besar lengkap dengan gayungnya. Saya hanya tersenyum simpul melihat itu. Teringat kenangan saat menginap di sebuah hotel di Kota Ambon. Ketika itu, juga ada ember besar dalam kamar mandi hotel.
” Anggap saja bathub tradisional,” begitu kata Bayu teman sekamar saya saat menginap di Kota Ambon.
Kamar mandi Hotel La Derra luas dan cukup bersih, dilengkapi ‘bathub tradisional’ alias ember besar. Tarif menginap satu malam di hotel.. tak begitu mahal. Hanya Rp 335.000 untuk satu malam. Saya pikir, tarif sebesar itu cukup wajar. Sesuai dengan kondisi kamar. Setelah ngobrol sebentar dengan Carlos, kantuk datang. Niat menelpon istri di rumah pun luput dari ingatan.
Nah, bagi yang hendak ke Purwakarta, dan punya rencana menginap, hotel La Derra bisa jadi pilihan. Hotel ini, ada di jalan Jalan Jenderal Ahmad Yani No 5. Tepatnya hotel ini ada di daerah bernama Sindangkasih, Purwakarta. Lokasinya juga strategis, tak begitu jauh dari pusat kota Purwakarta dan dari pintu tol Jatiluhur. Meski leutik campereunik, fasilitas yang ada di Hotel La Derra cukup lengkap. Ada area merokok, business center, coffee shop, dry cleaning, fasilitas bagi tamu dengan kebutuhan khusus, kotak penyimpanan, layanan kamar kamar 24 jam, laundry, resepsionisnya pun stand by 24 jam juga ada ruang bersantai dan area nonton teve bersama. Disediakan pula jaringan wifi yang bisa diakses di lobi dan seluruh kamar hotel.
Kota Purwakarta sendiri, terus berbenah. Suasana kota, beda dengan dulu. Kini, banyak patung sepanjang jalan. Lampu-lampu kota pun ditata sedemikian rupa. Purwakarta kini punya ikon baru, yakni Taman Air Mancur Sri Baduga yang ada di Situ Buleud. Taman Air Mancur Sri Baduga ini diklaim sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Datang ke sana enaknya malam hari hari. Karena jika malam, pengunjung akan disuguhi tarian air mancur warna-warni, setinggi enam meter.
Setiap Sabtu malam atau malam Minggu, pertunjukan tarian air mancur digelar. Pertunjukan tarian air mancur dimulai dari pukul 19.30 Wib dan berakhir pukul 22.30 Wib. Dan, tak ada pungutan biaya untuk menyaksikan itu alias gratis.
Namun yang hendak datang pada pagi hari, Taman Air Mancur juga di buka untuk umum mulai pukul 05.00 pagi sampai pukul 09.00 Wib. Biasanya, banyak warga yang berolahraga di sana. Sementara untuk yang mau berkunjung malam hari, Taman Air Mancur dibuka mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 19.00 Wib.
Banyak rute menuju ke Taman Air Mancur Sri Baduga. Bila dari arah Jakarta, masuk tol Cikampek lalu pindah jalur ke tol Cipularang. Kemudian, keluar di pintu tol Jatiluhur. Dari pintu tol, ambil jalan menuju Jalan Ciganea.
Dari Ciganea,lanjut ke Jalan Basuki Rahmat. Nah, situ Buleud sendiri ada di antara Jalan Siliwangi dan Jalan Jalan K.K. Singawinata, tak jauh dari Jalan Basuki Rahmat. Sudah banyak penunjuk jalan mengarah ke sana. Sementara bagi yang memakai angkutan umum, pergi ke Taman Air Mancur Sri Baduga, bisa menggunakan bus jurusan Kampung Rambutan-Purwakarta. Turun di Terminal Ciganea, lalu menyambung perjalanan pakai angkot bernomor 04 yang melayani rute Ciganea-Simpang. Sampai Jalan K.K. Singawinata, turun saja. Situ Buleud sudah dekat dari situ.
Pergi ke sana juga, bisa pakai kereta api dari Stasiun Gambir, Jakarta. Tinggal naik kereta Argo Parahyangan jurusan Bandung, lalu turun di Stasiun Purwakarta. Dari stasiun kereta tinggal naik angkot nomor 02, kemudian turun di Jalan K.K. Singawinata. (Supriyatna/Daily News Indonesia)