Daily News | Jakarta – Filipina sedang mempertimbangkan untuk membangun mushala di setiap fasilitas umum. Wacana tersebut kini telah menuangkan dalam rancangan undang-undang (RUU).
RUU itu telah diajukan di Kongres Filipina pada 8 Februari 2023 oleh anggota parlemen Mujiv Hataman dari Basilan di Daerah Otonomi Bangsamoro. Bangsamoro sendiri adalah daerah otonom yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Daerah ini berada di bagian barat daya pulau Mindanao.
Di Filipina, mayoritas penduduknya beragama Katolik. Jumlah penganut Islam di Filipina tercatat hanya mencapai sekitar 5 persen dari hampir 110 juta penduduknya. Sebagian besar penduduk muslim memang tinggal di Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu di selatan Filipina, serta di Provinsi Palawan tengah-barat. Tarik minat wisatawan Timur Tengah
Diberitakan Arab News pada Senin (10/4/2023), peraturan-undangan yang diusulkan No. 7117 tersebut berusaha mengamanatkan alokasi minimal satu mushala atau tempat shalat di setiap fasilitas publik. Ini termasuk di bandara, terminal transportasi, rumah sakit, kamp militer, mal, pabrik, hingga perusahaan bisnis besar milik swasta lainnya.
Hataman menyampaikan, bagi umat Islam, mushala semacam itu sangat penting sebagai sarana shalat atau perintah agama secara leluasa. Oleh karena itu, ruang tersebut harus tersedia di fasilitas yang dimaksudkan untuk penggunaan umum.
Di samping itu, katanya, ada juga faktor ekonomi yang perlu dipertimbangkan dalam penyediaan mushala ini. Hataman yakin mushala seperti itu dapat menarik wisatawan muslim internasional.
“Ada banyak pengusaha dan turis muslim,” kata Hataman.
“Salah satu hal yang mendorong saya untuk mengajukan RUU ini adalah agar kami juga dapat menarik lebih banyak pengunjung. Sebab, kami juga memiliki banyak teman yang mengunjungi kami dan terkadang ketersediaan restoran halal dan musala menjadi salah satu masalah yang mereka keluhkan,” tulisnya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Arab News.
Hataman menyesalkan, wisatawan dari Timur Tengah, seperti saat Ramadhan ini, banyak yang akhirnya memilih ke Malaysia dan Indonesia karena ketersediaan mushala dan mereka juga memiliki industri halal yang kuat.
“Maka dari itu, misalnya mal atau bandara, dan gedung pemerintahan, harus ada mushala,” ucap dia. (HMP)