Daily News|Jakarta – DKI Jakarta Anies Baswedan buka suara soal kualitas buruk udara Jakarta selama beberapa hari terakhir. Anies berbicara soal faktor pemicu polusi udara.
“Bila kondisinya itu terburuk selama 2 bulan setiap hari, berarti ada yang salah di kota kita ini. Tetapi bila ada satu hari di situ buruk sekali, kemudian hari-hari berikutnya kembali seperti normalnya Jakarta, mesti ada sebuah peristiwa yang terjadi di hari itu,” kata Anies di Monumen Nasional, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2022).
Anies juga menekankan penilaian kualitas udara tidak bisa dilakukan berdasarkan satu wilayah saja. Sebab, udara mengalami pergerakan ke berbagai wilayah.
“Perlu kita lihat kualitas udara tidak ada pembatasan administrasinya, tidak ada. Jadi ada memang emisi dari dalam kota, tapi juga ada pergerakan dari berbagai wilayah,” ujarnya.
Selain itu, Anies memandang emisi kendaraan bermotor memiliki kontribusi besar terhadap pencemaran udara Jakarta. Oleh karena itu, pihaknya mengeluarkan kebijakan uji emisi serta menggenjot minat masyarakat untuk beraktivitas dengan angkutan umum.
Jadi kita lakukan langkah-langkah untuk mengurangi emisi di kota kita dengan transportasi umum dibangun dan alhamdulillah peningkatannya tinggi sekali. Dan uji emisi sambil pada saat yang sama kita berharap kawasan sekitar Jakarta itu ikut mengurangi, karena ketika terjadi polusi udara di tempat mana pun, Jakarta sebagaimana juga kalau ada polusi akan terbawa keluar,” ujarnya.
“Jadi pemerintah ada kebijakannya, dan dari sisi masyarakat kami berharap, yuk sama-sama manfaatkan transportasi umum dan berharap memantau sumber-sumber polusi di sekitar Jabodetabek yang memiliki dampak kualitas udara di Jakarta,” sambungnya.
Kualitas udara di Jakarta tercatat menjadi yang terburuk di dunia pada Senin (20/6/2022). Catatan IQ Air menunjukkan AQI US Jakarta berada di angka 196, yakni kategori kualitas udara tidak sehat. Disusul Santiago, Cile, dengan AQI US 180; dan Dubai, Uni Emirat Arab, dengan AQI US 161.
Berdasarkan data pada Senin (20/6/2022), pukul 07.33 WIB, udara di Jakarta mengandung konsentrasi PM 2,5, 27 kali lebih tinggi dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Polusi udara diperkirakan sudah menyebabkan 5.100 kematian di Jakarta per 2021,” demikian laporan Air Quality Index (AQI) Jakarta, dikutip Senin (20/6).
Kualitas udara Jakarta dinyatakan tidak sehat selama empat hari terakhir sejak Jumat (17/6). Polutan PM 2,5 DKI Jakarta sebesar 135µg/m³ dan PM10 sebesar 11.5µg/m³. Selain DKI Jakarta, sejumlah wilayah yang memiliki kualitas udara tidak sehat adalah:
Bekasi, Jawa Barat; Pasarkemis, Jawa Barat.; Cileungsi, Jawa Barat; Surabaya, Jawa Timur; dan
Depok, Jawa Barat.
Sementara itu, Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, per Senin (20/6) pukul 07.00 WIB, menunjukkan konsentrasi PM 2.5 di tiap wilayah relatif berbeda. Misalnya, Jakarta Selatan dikategorikan memiliki kualitas udara tidak sehat dengan PM 2.5 sebesar 110.
Berikut ini detailnya:
Jakarta Utara: sedang; Jakarta Selatan: tidak sehat[ Jakarta Barat: tidak sehat[ Jakarta Timur: tidak sehat; dan Jakarta Pusat: tidak sehat
Selanjutnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merespons predikat kualitas udara Jakarta mengalami penurunan. Anies meminta masyarakat Jakarta untuk lebih kritis dalam melihat persoalan kualitas udara yang disebut memburuk dalam kurun waktu beberapa hari terakhir.
“Saya ingin mengajak semua untuk membaca berita dengan kritis bila ada satu hari di mana muncul angka kualitas buruk di hari itu, tapi di hari sebelumnya dan di hari sesudahnya itu kita menemukan kondisi yang landai, pasti di hari itu ada sesuatu,” ungkap Anies Baswedan.
Menurut Anies, bila kondisinya itu terburuk selama dua bulan tiap hari berarti ada yang salah.
“Tapi bila ada satu hari buruk sekali dan hari berikutnya seperti normalnya Jakarta pasti ada sebuah peristiwa yang terjadi. Itu perlu kita lihat kualitas udara,” ujarnya.
Menurutnya, memang ada emisi di dalam kota dan ada juga pergerakan dari berbagai wilayah. Dia mengajak teman-teman media untuk kritis melihat semua peristiwa saat angka polusi udara di Jakarta sangat tinggi.
“Apakah Jakarta bersih? Belum. Kita berdekade menyaksikan adanya emisi kendaraan bermotor. Itulah mengapa empat tahun ini kita genjot serius soal tranportasi umum tujuannya untuk mengurangi emisi yang ada di kota kita.
Kemudian kewajiban mengurangi emisi di kota dengan uji emisi. Uji emisi untuk mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor yang beroperasi di Jakarta,” terangnya. Pemprov DKI Jakarta, lanjut Anies, terus melaksanakan langkah-langkah untuk mengurangi emisi di kota Jakarta dengan peningkatan layanan tranportasi umum yang dibangun dan terlihat peningkatan penumpang tinggi sekali.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, buruknya kualitas udara di Jakarta terjadi sejak Jumat (17/6/2022) dan masih berlanjut pada 20-22 Juni 2022.
Berdasarkan data dari Air Visual pada Rabu (22/6/2022) hingga pukul 07.00 WIB, indeks pencemaran udara di DKI Jakarta berada di angka 160. Konsentrasi PM 2.5 atau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikronmeter di udara Jakarta berada di angka 73 µg/m³ atau 15,7 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Posisi Jakarta tersebut berada di atas Beijing, Dhaka, Bangladesh, Riyadh, Lahore, serta Dubai. Kemudian dari Catatan IQ Air menunjukkan AQI US Jakarta berada di angka 196 atau kategori kualitas udara tidak sehat. Dari data Senin (20/6/2022) pukul 07.33 WIB, kualitas udara di Jakarta mengandung konsentrasi PM 2.5 lebih tinggi 27 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara Jakarta dinyatakan tidak sehat selama empat hari terakhir sejak Jumat akhir pekan lalu. Polutan PM 2.5 DKI Jakarta sebesar 135µg/m³ dan PM10 sebesar 11.5µg/m³. Selain DKI Jakarta, sejumlah wilayah yang memiliki kualitas udara tidak sehat yakni: Bekasi, Depok, Pasarkemis, dan Cileungsi, Jawa Barat serta Kota Surabaya, Jawa Timur. Kemudian dari Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, per Senin (20/6) pukul 07.00 WIB menunjukkan konsentrasi PM 2.5 di masing-masing kota administrasi berbeda.
Kualitas udara tidak sehat berdasarkan PM 2.5 di masing-masing kota administrasi yakni: Jakarta Utara (sedang), Jakarta Selatan (tidak sehat), Jakarta Barat (tidak sehat), Jakarta Timur (tidak sehat), Jakarta Pusat (tidak sehat). Masyarakat disarankan untuk melindungi diri dari polusi udara Jakarta dengan mengenakan masker saat di luar ruangan. (DJP)