Daily News | Jakarta – Sejumlah warga Yahudi dan Muslim di Amerika Serikat disebut sangat kompak sampai-sampai bekerja sama meloloskan undang-undang pemberantasan Islamofobia.
Direktur Hubungan Muslim-Yahudi American Jewish Committee, Ari Gordon, mengatakan kekompakan itu terjadi sejak umat dua agama tersebut dipandang sebelah mata di Negeri Paman Sam. Yahudi dan Muslim menurutnya mulai berjalan bersama karena menjadi agama minoritas di AS.
“Ada banyak isu internasional yang bisa memecah kami, tapi kami punya kebutuhan yang sama di AS. [Karenanya] kami perlu bekerja sama dengan semua partai politik untuk memajukan undang-undang demi melindungi komunitas kami, melindungi masjid kami, sinagog kami, termasuk gereja dan kuil serta rumah ibadah lainnya,” kata Gordon dalam diskusi bertajuk Islamophobia dan Antisemitism in The World, di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (3/4).
Gordon menuturkan kerja sama ini membuahkan hasil setimpal yakni lolosnya undang-undang yang bisa memberantas kebencian tersebut.
“Kami telah membantu meloloskan undang-undang. Saya sudah menyaksikannya ketika saya ke Washington DC dengan mitra ke tempat para anggota kongres,” ucapnya.
Ia kemudian melanjutkan, “Kami datang sebagai Muslim dan Yahudi bersama-sama dan mereka mengatakan apa yang kalian lakukan di sini? Kami jawab kami ingin kalian mendukung UU perdamaian ini.”
Gordon tak membeberkan apa undang-undang yang berhasil diloloskan tersebut. Namun berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com, terdapat rancangan undang-undang (RUU) mengenai pemberantasan Islamofobia yang diloloskan Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Desember 2021 lalu.
Melansir laman resmi anggota Kongres Jan Schakowsky, UU itu diperkenalkan oleh Schakowsky dan Ilhan Omar. Schakowsky sendiri merupakan seorang Yahudi sementara Omar merupakan Muslim.
“Sebagai co-lead yang bangga dari Undang-Undang Memerangi Islamofobia Internasional, saya sangat senang melihatnya melewati DPR hari ini,” kata Schakowsky seperti dikutip laman tersebut.
Lebih lanjut, Gordon mengatakan karena relasi hangat tersebut, Muslim dan Yahudi di AS bisa bertahan melawan sikap antisemistisme dan anti-Islam.
China menyatakan dukungannya terhadap junta militer Myanmar saat Menteri Luar Negeri Qin Gang berkunjung ke Naypyidaw pada Selasa (2/5).
Dalam kunjungan itu, Menlu Qin bertemu dengan pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, dan sejumlah pejabat militer lainnya. Dalam pidatonya, Qin menegaskan dukungan China terhadap Myanmar yang memang merupakan sekutu dekat sejak lama.
China merupakan pemasok utama senjata bagi Myanmar bahkan hingga saat ini.
“China mengadvokasi masyarakat internasional untuk menghormati kedaulatan Myanmar dan memainkan peran konstruktif dalam membantunya mencapai perdamaian dan rekonsiliasi,” kata Qin seperti dikutip AFP.
Qin akan berada di Myanmar hingga Kamis. Ia mengatakan Beijing akan terus mendukung “pembangunan Myanmar, mempercepat proyek kerja sama utama di Koridor Ekonomi China-Myanmar, dan melaksanakan proyek pertanian, pendidikan, dan perawatan kesehatan.”
Qin juga bertemu dengan menteri luar negeri yang ditunjuk militer Myanmar dan menteri kerjasama internasional Myanmar.
Beberapa proyek infrastruktur yang didukung Beijing dijadwalkan bakal dimulai dari wilayah Myanmar utara dan menghubungkan provinsi Yunnan yang terkurung daratan di China dengan Samudra Hindia.
Rekaman media pemerintah Myanmar menunjukkan kedatangan Qin disambut oleh Min Aung Hlaing di aula pertemuan yang dihiasi tirai emas dan tembok merah.
Sementara itu, melalui pernyataan, junta militer Myanmar mengatakan Qin dan Aung Hlaing membahas “hubungan diplomatik, kerja sama yang bersahabat, situasi terkini di Myanmar, perdagangan perbatasan, investasi, dan kerja sama energi serta listrik.”
Sejumlah analis bahkan meyakini bahwa China di saat bersamaan juga mendukung dan mempersenjatai beberapa kelompok pemberontak etnis di sepanjang perbatasannya dengan Myanmar di utara. Beberapa kelompok pemberontak itu bahkan sering bertempur dengan junta militer Myanmar.
Qin pun menyempatkan mengunjungi perbatasan China-Myanmar. Di sana ia menyerukan “persahabatan dan kerja sama” antara kedua negara.
Setelah kunjungannya ke Myanmar, Qin akan melakukan perjalanan ke India untuk pertemuan para menteri luar negeri dari Organisasi Kerjasama Shanghai, kata kementerian luar negeri China tanpa memberikan rincian tentang rencana perjalanannya. (HMP)