Daily News|Jakarta – Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di China, mengungkapkan cara mereka merayakan hari Lebaran saat jauh dari keluarga di tengah amukan Covid-19.
Mulai dari menjadikan perayaan ini sebagai momen untuk foto keluarga hingga kumpul bersama rekan di asrama. Sejumlah kegiatan itu merupakan bagian dari melepas kerinduan tradisi lebaran khas di Indonesia bagi WNI di China.
Ia mengatakan di China tak ada tradisi khusus atau hari libur nasional saat Lebaran, mengingat Islam bukan agama mayoritas di negara tersebut.Esti Lestari Mihail, bercerita akan mengisi Hari Raya Idulfitri dengan masak makanan khas lebaran dan salat Id di masjid.
Tidak terlalu banyak tradisi tapi pasti masak lebaran. Saya pasang musik rohani. Video call keluarga, shalat Id ke masjid kalau di Beijing bisa ke KBRI, tapi di Qingdao hanya ada masjid yang tidak shalat jamaah,” kata Lestari kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (26/4).
General Manager Qingdao Red Lions FC itu lalu membeberkan sudah menyiapkan baju lebaran dan tak sabar menunggu foto bersama dengan bayinya yang belum lama lahir.
Tak Ada Larangan ke Masjid”Saya sudah siapkan baju lebaran, dan mau foto bareng suami dan bayi baru di musim semi ini. Foto bareng nuansa Muslim di komplek apartment, pasti cantik banget,” kata Lestari sembari tertawa kecil.
“Sampai hari ini sih gak ada larangan beribadah [salat] Id. Karena, mungkin jumlah muslimnya sedikit, kalau salat juga gak banyak. Tidak ada pengumuman [larangan ke tempat ibadah] yang saya lihat,” jelas Lestari.
Ia sengaja merayakan Lebaran tahun ini di China karena tak ada rencana pulang dan khawatir sulit masuk kembali ke Negeri Tirai Bambu.
China tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 Ramadan tahun ini. Pemerintah lalu menerapkan penguncian di sejumlah wilayah.
Beruntungnya, kota tempat tinggal Lestari tak begitu berdampak. Ia masih bisa ke kantor secara normal, ke restoran atau ke tempat publik lain.
“Saya lebih banyak buka puasa di rumah Karena masak sendiri, ingin menghindari makanan yang rentan non halal juga,” jelas Lestari.Namun, selama bulan puasa, ia lebih memilih masak sendiri ketimbang membeli makanan siap saji.
Pangeran MbZ, Gebrakan Militer UEA hingga Jadi Nama Jalan Tol di RI
Selama masak, ia dibantu asisten rumah tangganya yang merupakan penduduk lokal. Mereka kerap mendengar salawat dan lantunan ayat suci Al-quran jelang berbuka, meski sang ART bukan beragama Islam.
Adapun untuk sahur, Lestari beserta keluarga sudah mengumpulkan stok kurma China, kurma Arab, dan susu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Tak bisa dipungkiri, jauh dari keluarga besar di Hari raya tetap membuat Lestari sedih.
Namun, hari Raya ini bukan kali pertama Lestari jauh dari keluarga. Pada 2021 lalu, ia juga berlebaran di China.
Saat itu, Lestari memasak ketupat yang bahan-bahannya ia beli di toko khas Indonesia. Makanan itu kemudian dibawa ke kantor tempatnya bekerja.
“Mereka suka sekali. Dan [mereka] makan semua sama opor, bihun, rendang dan ketupat,” ujar Lestari.
Warga RI lain yang lebih dari sekali berlebaran di China, Surya Bagus, juga mengaku sedih tak bisa berkumpul bersama keluarga.
Di lebaran kali ini, Surya hanya berkumpul bersama rekan sesama mahasiswa di asramanya. Ia tak bisa bepergian ke luar kota, lantaran pemerintah China membatasi mobilitas warga.Ia tinggal di Provinsi Harbin, di timur laut China.
Surya baru akan kembali ke Indonesia, jika studinya sudah rampung. Kini, mahasiswa pasca sarjana itu tengah sibuk dengan berbagai penelitian dan menyusun tesis.
“Lebaran Insyaallah tahun ini bersama mahasiswa internasional dan teman-teman Indonesia juga, karena kami lebih banyak [aktivitas] di lingkungan kampus,” kata Surya.
Ia kemudian melanjutkan, “Kalau di sini tidak seramai di Indonesia, mobilitas tidak semudah di Indonesia, kalau di sini lebih ketat.”
Selama pandemi Covid-19, China memang menerapkan aturan yang ketat mulai dari pengetesan massal hingga penguncian wilayah.Jika tak ada urusan mendesak, lanjutnya, maka warga tak diizinkan untuk keluar kota atau provinsi.
Belakangan, negara ini tengah menghadapi gelombang virus corona saat negara lain menuju fase endemi.
Di tengah pukulan Covid-19, umat Muslim di dunia, termasuk China, akan merayakan hari raya Idulfitri yang kemungkinan jatuh pada tanggal 1 atau 2 Mei. (HMP)
Discussion about this post