Oleh : Sampe L. Purba*
DISKURSUS konvensional mengartikan geopolitik sebagai proyeksi dan implementasi posisi tawar dalam hubungan internasional dikaitkan dan dalam perspektif posisi geografis suatu negara atau wilayah relatif terhadap negara dan wilayah lainnya (Ratzel, 1897; Kjellen 1917).
Dalam konteks itulah maka konsep dan doktrin keunggulan militer sebagai lambang penguasaan daratan (mackinder,1904;Haushoffer (1941), lautan (Mahan,1890), udara (Doughet, Francis, 2020) mendapatkan aksentuasinya.
***
Doktrin pertahanan dan militer Amerika Serikat
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep penguasaan matra darat, laut dan udara mulai dianggap ketinggalan zaman.
Paradigma geopolitik baru memasukkan unsur cyber space (perang siber) dan operasi perang elektronik (electronic warfare – EW) sebagai elemen penting. Amerika Serikat adalah negeri yang mempeloporinya.
Komando Training and Command (Tradoc) militer Amerika Serikat (Pamphlet 525-8-6) Januari 2018 mengeluarkan suatu konsep operasi cyberspace dan perang elektronik 2025 – 2040. Dalam buku tersebut diminta agar seluruh cabang militer mengidentifikasi dan mengembangkan doktrin, organisasi, latihan, material, kepemimpinan dan pendidikan, personel, fasilitas dan kebijakan, yang berbasis cyber dan EW.
Angkatan bersenjata Amerika Serikat terdiri dari 6 (enam) matra, yaitu Angkatan Darat (Army), Korps Marinir (marine corps), Angkatan Laut (Navy), Angkatan Udara (Air Force), Angkatan Angkasa (Space Force) dan Pengawal Pantai (Coast Guard). Panglima (Commander-in-chief) Militer Amerika Serikat adalah Presiden. Di masing-masing matra ada Kepala Staf yang berasal dari militer aktif.
Tidak ada struktur yang memiliki komando langsung kepada keenam matra tersebut seperti model Panglima TNI. Joint Chiefs of Staff (Kepala Staf Gabungan) merupakan forum koordinasi senior pimpinan angkatan, yang memberi nasehat kepada Presiden, Kementerian Pertahanan (Department of Defense), Kementerian Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security), dan Dewan Keamanan Nasional terkait dengan hal-hal militer.
Angkatan Ruang Angkasa (Space Army) baru berdiri sejak Desember 2019, terpisah dari Angkatan Udara. Cikal bakal kebutuhan akan mendesaknya angkatan ini dapat dirunut sejak terjadinya perang dingin dengan blok Soviet di tahun 1960 an.
Terdapat tujuh kompetensi inti dari Angkatan Ruang Angkasa meliputi perang orbit (orbital warfare), perang ruang angkasa elektromagnetik, manajemen pertempuran ruang angkasa, akses dan kesinambungan ke angkasa, intelijen militer, operasi siber serta rekayasa dan akuisisi.
Dari kompetensi inti di atas, segera dapat kita pahami bahwa yang merupakan pemeran pertama dan utama adalah kecanggihan teknologi, baik untuk melumpuhkan lawan maupun untuk menancapkan dominasi.
Perang modern adalah perang teknologi. Akuisisi alutsista (alat utama sistem senjata) yang penyerahannya bersifat jangka panjang dan masih beberapa dekade ke depan, perlu mempertimbangkan dan mengantisipasi hal ini, agar jangan sampai pada saat tibanya pesanan, sistem tersebut telah out-of-date atau kehilangan daya unggulnya.
Operasi siber (cyber operation) misalnya. Operasi siber adalah penggunaan serangan siber terhadap negara musuh, dengan serangan ke sistem komputer yang dapat mengacaukan sistem persenjataan atau sistem komunikasi, perangkat keras maupun perangkat lunak. Instrumennya adalah spionase, sabotase, propaganda, manipulasi atau perang ekonomi.
Rekayasa difokuskan kepada pengembangan pesawat pesawat angkasa, astronot dan aeronatik. Adapun akuisisi meliputi investasi di dalam teknologi, program serta produk-produk pendukung yang diperlukan untuk mencapai strategi keamanan nasional termasuk militer.
Kerja sama kemitraan dengan industri militer adalah bagian dari strategi Pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan dan mencapai ambisi-ambisi keunggulan tersebut. Proyek-proyek sipil – seperti terkait dengan penyelidikan dan pengembangan luar angkasa – memerlukan saringan, supervisi dan koordinasi dengan militer.
Undang-undang Produksi Pertahanan (Defense Production Act) adalah salah satu landasan hukum bagi otoritas sipil Amerika Serikat untuk mempromosikan basis industri untuk kepentingan pertahanan nasional. Pada titik ini seorang Elon Musk memainkan peran penting
Elon Musk dan Superioritas Siber dan Angkasa
Pria berusia 50 tahun, orang terkaya di planet ini – total kekayaan per Mei 2022 lebih kurang 265 milyar dolar Amerika Serikat – adalah pendiri, CEO dan Insinyur Kepala pada SpaceX, Tesla, Inc. Juga pemegang saham penting di Neuralink dan OpenAI. SpaceX adalah industri angkasa luar, penyedia jasa transportasi angkasa luar, dan sistem komunikasi satelit.
Ambisi utamanya adalah agar manusia dapat menaklukkan sekaligus mendiami planet Mars sebagai koloni bumi berikutnya.
Beberapa capaian torehannya antara lain adalah pengembangan roket pengangkut muatan besar ke ruang angkasa yang dapat dipakai bolak-balik, yaitu Falcon 9. Keberhasilannya dalam mengefisienkan biaya operasi angkutan satelit ruang angkasa, membuat pesaingnya seperti Roscosmos – BUMN – Pemerintah Rusia, sewot.
Beberapa Kontrak-kontrak militer dengan Angkatan Udara Amerika Serikat, NASA, Perusahaan-perusahaan besar yang mengoperasikan satelit di orbit bumi telah diperolehnya.
Sekedar gambaran, biaya sewa sekali angkut barang ke stasiun angkasa, dipatok di 100 jutaan dolar. Seperti sistem pesawat biasa, dia juga memberikan diskon (semacam early bird) kepada calon-calon penumpang umum angkasa luar yang membooking tur ke Mars lebih awal.
Neuralink adalah bidang usaha yang mengembangkan kecerdasan buatan, melalui sejenis alat yang dapat ditanamkan di saraf otak, yang dapat berkomunikasi dengan mesin (implantable brain-machine interface).
Walau saat ini masih dalam tahap pengembangan – serta mendapatkan kritik dari beberapa universitas seperti MIT Technology Review – tetapi dapat diduga kedahsyatannya apabila kehendak bebas seseorang dapat dikendalikan atau mengendalikan sebuah mesin. Ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa.
Satu usaha besar lainnya adalah Tesla, yakni perusahaan otomotif yang mempromosikan energi bersih. Tesla mendesain dan mempabrikasi kendaraan listrik kecil hingga truk, sistem penyimpanan baterai, energi berbasis matahari dan sejenisnya. Rantai pasok ekosistemnya di lingkungan global. Pemerintah RI termasuk yang merayu Elon Musk untuk datang di G 20 Bali serta berinvestasi di sini. Tesla memiliki standar persyaratan ketat. Seluruh rantai pasok harus berbasis energi bersih.
Elon Musk juga merupakan pemiliki saham di perusahaan yang bergerak di sistem pembayaran on-line seperti X.com dan PayPal. Untuk menguasai informasi dan big data di publik, Elon Musk dikabarkan akan menjadi pemilik saham terbesar twitter. Penguasaan teknologi angkasa luar, sistem elektronik, kecerdasan buatan, sistem pembayaran dan big data, di tangan satu orang sesungguhnya merupakan kekuatan yang dahsyat, dan mungkin menakutkan.
Ruang angkasa sebagai medan geopolitik baru
Penguasaan ruang angkasa adalah medan perebutan hegemoni di masa depan, telah menjadi perhatian-perhatian negara-negara di dunia.
Negara-negara yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) bekerja lebih erat dengan membentuk Komite Gabungan dalam kerja sama ruang angkasa, yang meliputi data sharing, dan observasi pengamatan satelit. Pada tahapan ini, kerja sama tersebut masih terbatas pada kegiatan sipil seperti solusi perubahan iklim, upaya perlindungan lingkungan hidup, serta pencegahan dan mitigasi bencana (Financial Express, Mei 2022).
Dalam perang Rusia saat ini di Ukraina, Elon Musk membuktikan dukungannya dengan menyediakan sistem komunikasi satelit cepat Starlink kepada Pemerintah Ukraina. Dukungan tersebut ditengarai tidak hanya menyangkut jasa komunikasi internet, tetapi juga yang dapat berinteraksi dengan drone militer (unmanned aerial vehicle), sistem pengenalan wajah hingga check point pergerakan militer.
Starlink adalah gugusan (konstelasi) jaringan satelit penyedia jasa internet yang mengorbit angkasa pada ketinggian rendah (Low-Earth Orbit) pada jarak 550 kilometer dari bumi. Saat ini telah ada hampir 2.400 stasiun satelitnya, semuanya diangkut dengan SpaceX Falcon 9, dan sedang dikembangkan hingga mencapai 12.000 unit dalam lima tahun ke depan, dengan total target hingga 42.000 stasiun. Ini adalah jaringan satelit terbesar pada tipenya.
Umumnya satelit konvensional merupakan satelit dengan geostationer tunggal yang mengorbit di ketinggian 35.000 kilometer di angkasa.
Tidak ada batas minimal kedaulatan di angkasa. Konvensi Aviasi Sipil Internasional Chicago 1944 hanya mengatakan bahwa prinsip kedaulatan suatu negara atas angkasa adalah complete (lengkap) and exclusive. Hal ini diartikan bahwa batas kedaulatan udara suatu negara adalah sepanjang negara tersebut memiliki kemampuan untuk menegakkan hukum secara utuh pada batas atas yang diklaimnya.
Media China Military, edisi 5 Mei 2022 melaporkan bahwa Pemerintah RRC memandang sistem satelit Starlink merupakan ancaman kepada keamanan nasional Pemerintah dan Negara RRC. Diketahui bahwa militer Amerika Serikat bekerja sama dan memberikan kontrak-kontrak jasa kepada Starlink.
Dalam tahun 2020 SpaceX mencapai jumlah 150 juta dolar untuk penggunaan satelit tujuan militer. Selanjutnya ada kontrak dengan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk menguji sistem penggunaan internet.
Apabila berhasil, gugusan satelit starlink akan dapat dipasangi perangkat pengintaian, navigasi dan meteorologi untuk lebih meningkatkan kemampuan tempur militer. Termasuk di dalamnya adalah pengintaian, penginderaan jauh, relai komunikasi, navigas dan penentuan posisi, serangan dan tabrakan, maupun perlindungan ruang angkasa.
Selanjutnya jurnal militer itu menyimpulkan bahwa apabila hal ini dibiarkan, spaceX tidak dapat legi berlindung sebagai wahana industri sipil. Program yang masif mengenai penempatan stasiun satelit orbit rendah hingga 42.000 stasiun, akan membuat SpaceX menguasai 80% sistem komunikasi dan mengambil posisi yang monopolistik terhadap sumber daya strategis.
Perpaduan monopoli dan hegemoni yang dapat dimanfaatkan oleh militer Amerika serikat dipandang merupakan saudara kembar yang akan dapat mendorong dunia ke arah kekacauan dan bencana baru. Ruang angkasa, sesungguhnya telah bertransformasi dan bermetamorforsa sebagai palagan teater pertarungan geopolitik baru.
Dunia menanti dengan harap-harap cemas. Sekaligus ngeri-ngeri sedap
*Sampe L. Purba adalah Alumni S3, dari Universitas Pertahanan, Alumni PPRA Lemhannas RI