Jakarta | DNI – Membaca buku yang berisi kisah sejarah, misalnya biografi tokoh, selalu menyenangkan. Banyak cerita, yang kerap kali mengagetkan, karena sebelumnya tak pernah tahu itu. Banyak kejutan. Banyak juga cerita haru, bahkan lucu. Ini sepenggal kisah cinta Sutan Sjahrir yang jarang terungkap.
Seperti yang dikisahkan Hamid Algadri, dalam buku biografinya, ” Mengarungi Indonesia : Memoar Perintis Kemerdekaan MR Hamid Algadri.” Dalam bukunya itu, Hamid menceritakan sepenggal kisah cinta Sutan Sjahrir dengan kekasihnya.
Ya, membaca kisah cinta memang menyenangkan. Apalagi kisah cinta tokoh terkenal zaman dulu. Selalu saja ada yang unik. Seperti sepenggal kisah cinta Sutan Sjahrir yang diceritakan sahabatnya Hamid Algadri.
Hamid sendiri adalah salah satu tokoh perintis kemerdekaan. Dia, punya hubungan dekat dengan Sutan Sjahrir, salah satu tokoh besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Dalam bukunya, Hamid menceritakan tahun 1949, dia ikut jadi bagian delegasi Indonesia yang hendak berunding di Den Haag, Belanda. Perundingan yang dihadiri, kelak dalam sejarah dikenal dengan nama Konferensi Meja Bundar (KMB). Ketika itu, Sutan Sjahrir tak masuk dalam delegasi.
Hamid bercerita, perundingan berlangsung alot. Bahkan sampai tiga bulan lamanya. Selama tiga bulan itu, ia tetap rajin berkoresponsen dengan Sjahrir via surat, melaporkan apa yang terjadi di meja perundingan. Nah, Sjahrir beberapa kali menitip surat cinta untuk Siti Wahyunah Saleh atau Poppy, kekasihnya yang sedang menempuh studi di Leiden, Belanda. Maka, jadilah Hamid selain sebagai anggota delegasi juga sebagai kurir surat cinta.
Menjelang kepulangannya ke Jakarta, usai perundingan, Poppy menitipkan surat cinta untuk Sjahrir. Karena tahu, surat cinta itu sangat penting, maka Hamid pun menyimpan dengan hati-hati, apalagi itu surat cinta untuk sahabatnya. Maka ia menyimpan dalam saku jas.
Sampai akhirnya ia tiba di bandara Kemayoran. Dari bandara, langsung pulang ke rumahnya. Tidak berselang lama, Sutan Sjahrir datang bersama kawan – kawannya bertamu. Karena merasa dititipi surat, dan kebetulan si penerima sudah datang, Hamid langsung mengatakan pada Sutan Sjahrir bahwa ada surat untuknya.
Hamid pun langsung bergegas masuk kamar, bermaksud mengambil surat yang dititipkan padanya. Ia pun merogoh saku jasnya. Surat tak ada. Hamid panik. Seluruh koper di bongkarnya. Surat tetap tak ditemukan. Sampai akhirnya dengan lemas, ia pun menuju ke ruang tamu, bermaksud meminta maaf pada Sjahrir. Di ruang tamu, Sjahrir tampak sedang tertawa tergelak.
Dengan suara lemas, Hamid pun mengungkapkan bahwa ia sebenarnya dititipi surat oleh Poppy untuk Sjahrir. Tapi surat itu hilang. Kemungkinan jatuh, kata Hamid. Sementara Sjahrir, diberitahu seperti itu, bukannya tampak sedih atau kecewa, justru terbahak-bahak. Sjahrir pun kemudian mengeluarkan sehelai kertas dari sakunya. Dan menunjukan kepada Hamid. Ternyata itu surat dari Poppy.
Namun Hamid heran, darimana Sjahrir mendapatkan surat itu. Ternyata surat itu jatuh di bandara Kemayoran. Kebetulan surat ditemukan Ali Boediardjo yang datang untuk menjemput rombongan. Di amplop surat tertera tulisan ‘Sidi’. Untungnya Ali Boediardjo hapal inisial ‘Sidi’ yang tertera di amplop. Sidi, merupakan panggilan sayang Poppy kepada Sutan Sjahrir. Sampai akhirnya, surat itu diberikan ke Sutan Sjahrir.
(Supriyatna/Daily News Indonesia)