Oleh: Haz Pohan*
Musisi Ahmad Dhani Ahmad divonis 1,5 tahun penjara konon karena memaki di akun Twitternya @AHMADDHANIPRAST. Dhani mengejek: “Idiot”, dan dia dijatuhi hukuman. Kejadian itu di awal tahun 2019.
Dalam putusan majelis hakim, Ahmad Dhani dikatakan terbukti melakukan tindak pidana yang diatur ancaman hukuman pidana. Rujukan putusan adalah UU ITE dan KUHP. Orang bingung, mengejek anonim dengan kata ‘idiot’ sampai dihukum berat begitu? Padahal banyak yang memaki-maki bahkan menista Islam dengan kata-kata kotor aman-aman saja. Kok bisa?
Maka saya teringat kisah menyangkut PM Uni Soviet Nikita Khrushchev (baca: Khrusyov), berkuasa 11 tahun (1953-1964) sebagai pemimpin Uni Soviet pasca Stalin. Beliau adalah tokoh yang kontroversial. Di zaman itu, dia pemimpin Partai Komunis Uni Soviet. Dia mengganti nomenklatur “Sekjen PKUS” menjadi “Sekretaris Pertama”. Kalau di gelar diplomatik ‘sekretaris pertama’ itu diplomat muda, kira-kira berpangkat 3-c atau 3-d lah.
Mirip kisah Muammar Qaddafy, Presiden Libya itu. Dia menghentikan pangkat kemiliteran yang gagah-gagah. Tak ada yang berpangkat Brigjen, Mayjen, Letjen, apalagi Jenderal. Karena Qaddafy cukup bangga dengan pangkat ‘Kolonel’, semua tentara berpangkat tertinggi setelah dia cuma Letkol. Eksentrik.
Khruschev ini juga suka nyentrik. Ketika berpidato di PBB dia mencopot sepatunya dan menggebrak podium dengan sepatunya. Contempt of assembly! Dia menjadi tokoh kontroversial dalam beberapa peristiwa menegangkan dunia: Berlin Wall, Cuban Missil Crisis, keberhasilan program ruang angkasa ketika Sputnik berhasil mengorbit bumi. Amerika pun bangkit, membuat program adu-gengsi ‘Apollo’.
Alkisah, dia juga menyukai pencitraan dan puji-pujian. Pada tahun 1959, dia mengumumkan Soviet sudah mengungguli Amerika dalam produksi susu, daging dan mentega. Dunia gempar. Di dalam negeri rakyat proletar lebih bingung. Padahal toko makanan kosong. Antrian panjang.
Lalu, Khrushchev mengumumkan New Economic Policy yang didengungkan dengan gegap-gempita. Juga pepesan kosong. Isinya cuma program pertanian dan propaganda. Tidak ada kebijakan sektor ekonomi lainnya. Memang, pertanian Uni Soviet yang dikuasai oleh koperasi yang bernama Sovkhoz atau Kholkhoz, tetapi kalah produktif dibandingkan dengan negara-negara kapitalis. Ribuan orang bekerja di ladang-ladang tetapi hasilnya jauh di bawah beberapa orang yang bekerja di ladang pertanian Kanada atau Australia. Itu membuat Khruschev merasa sedih.
Bagaimana mungkin, pertanian yang malas dan korup bisa mengimbangi pertanian kapitalis yang terkenal dengan efisiensi dan mengikuti hukum pasar? Politik pencitraan pun bermain. Pemerintah memaksa petani untuk memotong ternak pembajak sawah atau membeli daging di toko pemerintah untuk dijual kembali kepada negara. Statistik karena pencitraan meningkat, namun pepesan kosong dalam substansi.
Kekacauan pun terjadi dan pada tahun 1963 ketika harga-harga naik yang menyebabkan rakyat kecewa. Aksi demo dihadapi dengan mengerahkan tentara, bahkan tokoh-tokoh demo dihukum mati. Berita ini bocor ke Barat, dan reputasi Khruschev pun hancur.
Khruschev tidak belajar hukum media: if you want to change your image, change the reality! Jadi, meskipun habis-habisan untuk kampanye pencitraan dan propaganda –atau bahasa sekarang disebut hoax ala pemerintah—tiada gunanya karena realitas yang pahit membatalkan semua impian semu.
Joke berkembang, ketika Khruschev ‘blusukan’ke pasar-pasar mengecek apakah New Economic Policy-nya berjalan baik. Tiba-tiba dua orang pedagang di pasar karena kecewa dengan kenaikan harga yang menyebabkan penjualan menurun marah. Dmitry berteriak: “Idiot!”, dan yang satu lagi Ivan dengan mata melotot berseru: “Khruschev babi!”.
Ini negeri totaliter. Dmitry dihukum, dibuang ke Siberia, kena 2 tahun. Ivan kena 1 tahun, tahanan kota. Biasanya unjuk rasa seperti ini cukup dihukum membersihkan WC publik selama sepekan atau membersihkan salju di pasar. Ivan kena setahun itu biasa. Tetapi, kenapa Dmitry dihukum 2 tahun?
Konon, setelah ‘wind of change’ meniupkan reformasi dan keterbukaan, arsip negara setelah sekian tahun bisa dibuka untuk publik. Kasus kedua proletar ini ditelisik wartawan, teman mereka sekampung. Dalam arsip putusan ditemukan, Ivan dihukum setahun kena pasal “penghinaan terhadap Kepala Negara”. Memang biasanya kena segitu.
Lalu Dmitry yang berteriak “idiot” kenapa dibuang 2 tahun di Siberia? Ternyata hakim dalam pertimbangannya menjatuhkan hukuman berat 2 tahun karena terbukti “membocorkan rahasia negara.”
Makanya, saya menjadi penasaran pengen tahu, apa Ahmad Dhani dihukum berat akibat ucapan ‘idiot’ nya karena kesalahan yang sama dengan Dmitry?
*Pemimpin Redaksi DNI
Discussion about this post