Daily News Indonesia
  • Home
  • NEWS
  • TECH
  • KOLOM
  • LIFESTYLE
    • Entertainment
  • CONVERGENCE
    • DNI TV
    • DN-RADIO
    • DNI E-PAPER
    • DN-MEDSOS
    • DNI INFOGRAFIS
  • LAINNYA
    • Analisis
    • Wawancara
    • Opini
    • Religi
    • Serba-Serbi
    • Obituary
    • Oase
    • Liyan
    • Investigasi
    • Editorial
    • Diplomatic Corner
    • Anies Baswedan
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Daily News Indonesia
  • Home
  • NEWS
  • TECH
  • KOLOM
  • LIFESTYLE
    • Entertainment
  • CONVERGENCE
    • DNI TV
    • DN-RADIO
    • DNI E-PAPER
    • DN-MEDSOS
    • DNI INFOGRAFIS
  • LAINNYA
    • Analisis
    • Wawancara
    • Opini
    • Religi
    • Serba-Serbi
    • Obituary
    • Oase
    • Liyan
    • Investigasi
    • Editorial
    • Diplomatic Corner
    • Anies Baswedan
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Daily News Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Haz Pohan

Kenangan naik ‘taksi’ pelat hitam’

14 Desember 2021
di Haz Pohan, Kolom
14 1
A A
0
Jokowi’s Diplomacy at the Back Seat?

Oleh: Haz Pohan, Pemred DNI

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menyesali jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan dia mengaku sempat harus bekerja sebagai sopir taksi untuk menambah penghasilannya. Bubarnya Uni Soviet mengakibatkan karir birokrat jungkir-balik.

Anak buah tiba-tiba karena kedekatan diangkat menjadi bos Anda. Bos Anda yang tadi sangat dihormati, bahkan ditakuti, tanpa kekuasaan menjadi seonggok daging saja, begitulah negeri sedang revolusi atau reformasi.  Semua berjungkir-balik, dan banyak manusia tak siap.  Karena itu, Vladimir Putin juga menyesali zaman itu.

Krisis ekonomi yang dipicu oleh keruntuhan Soviet 30 tahun lalu itu memaksa banyak warga Rusia mencari cara untuk mendapat nafkah dengan cara masing-masing.  Pasar gelap juga mulai menjamu dan kini mulai terang-terangan.  Definisi pasar gelap sudah berganti.

Bagi Putin bubarnya Uni Soviet itu sebagai keruntuhan masa lalu Rusia. Pernyataan Putin itu muncul dari film dokumenter berjudul Russia, Latest History, yang ditayangkan pada hari Minggu (12/12).

“Itu adalah disintegrasi sejarah Rusia di bawah nama Uni Soviet,” katanya, sambil menambahkan bahwa di Barat sana saat itu diyakini bahwa disintegrasi lebih lanjut dari Rusia tinggal masalah waktu.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Putin memandang keruntuhan itu sebagai tragedi, tetapi pengakuan dia tentang kesulitan pribadinya saat itu baru kali ini terungkap.

“Terkadang saya harus mencari nafkah tambahan,” ujarnya. “Maksud saya, mencari penghasilan tambahan dari mobil sebagai sopir. Terus terang, ini hal yang tidak enak untuk disinggung, tapi kenyataannya memang demikian.”

Penulis dulu tinggal di Moskow di pertengahan tahun 1980-an, tepatnya di awal tahun 1986 sampai akhir tahun 1989.  Gorbachev baru saja di tahun 1985 diangkat menjadi Sekjen Partai Komunis Uni Soviet (PKUS).  Tak lama kemudian dia mengambil title resmi menjadi Presiden Uni Soviet.

Tak lama Moskow saya tinggal di akhir tahun 1989 dan Uni Soviet pun bubar.  Tentu bukan karena kesalahan saya.

  Kelaparan Melanda India

Wartawan BBC News, Patrick Jackson, menuliskan pengamanannya di awal perestroika di zaman Mikhail Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet.  Reformasi adalah masa-masa yang sulit bagi rakyat Uni Soviet yang sekarang nama negara itu berganti menjadi Rusia.

Rusia adalah nama salah satu dari 15 republik yang membentuk nama Uni Soviet ketika masih dikuasai Partai Komunis Uni Soviet. Sekarang 15 Republik itu, termasuk Rusia, Uraina, Belarus, Kirgizhtan, Uzbekistan, Kazahkstan, Azerbaidjan, Tajikistan, Turkmenistan, Estonia, Latvia, Lithuania, Georgia, Armenia, dan Moldova.

“Saya saat itu naik bus dalam perjalanan kembali ke depotnya pada suatu malam, tetapi saya melihat ada yang menarik pada suatu mobil ambulans yang lewat,” tulis Patrick.

Itu adalah kendaraan yang saya dapati juga digunakan sebagai taksi di Rusia pada 1990-an.

Banyak mobil dinas bermerk Volga, mobil bercat hitam yang ditumpangi pejabat sekelas eselon-1 di Indonesia sehabis mengantar majikannya ke kantor, lalu’mengompreng’ istilah Jakarta. Mereka menjadikan mobil bos itu lahan untuk mencari tambahan.  Tak jelas apakah nanti ada ‘pembagian keuntungan’.

Tapi yang pasti sang bos tahu bahwa mobilnya akan dikaryakan.  Setidaknya supir bisa bertahan hidup di tengah jatuhnya nilai Rubel, harga bahan kebutuhan sehari-hari melonjak, tanpa perlu sang bos memerikansubsidi tambahan.

Jangan-jangan, sang majikan yang juga begaji sangat kecil juga sedang mencari tambahan pendapatan dengan mengkayakan mobil dinas dan supirnya.  Keduanya tergantung pada institusi pemerintah atau negara.  ‘Korupsi kecil-kecilan’ mungkin.

Dengan cara-cara lain praktik seperti ini mungkin juga lazim di zaman susah di awal tahun 1960-an setelah zaman Trikora dan memasuki zaman Dwikora ‘konfrontasi terhadap Malaysia’ yang penulis alami di masa kecil.  Tanpa ‘korupsi kecil-kecilan’ ini para pegawai negeri berat hidupnya.

Kembali ke Rusia di zaman awal perestroika, di samping ‘taksi gelap milik negara’, banyak orang muda Rusia di Moskow yang saya ketahui saat itu memanfaatkan kendaraan probadinya untuk ‘ngompreng’.  Jika tertangkap celakalah nasibnya di negeri yang terkenal dulu sangat kejam menindas rakyatnya yang bersalah.

  Ukraina: Pemakzulan Trump Ibarat Buah Si Malakama

Dulu taksi atau angkot resmi dinamakan ‘marshrutnaya’ alias bolak-balik, begitu yang saya tahu ketika kami masih tinggal di Moskow.  ‘Marshrutnaya gelap ini’ tampaknya diketahui polisi, tetapi seakan-akan mereka ‘tutup mata’.  Namun sesekali ada Razia resmi, marshrutnaya ini tertangkap tangan.  Tentu saja hukuman menanti.

Saya tidak tahu, apakah ‘taksi gelap’ mobil dinas ini juga dirazia.  Kayaknya tidak.  Karena mobil dinas menjadi raja di zaman komunis.  Mereka pemilik kekuasaan sehingga tak ada yang berani menyentuh mereka.

Bagi penduduk kota Moskow yang ambil bagian dalam mencari rezeki menjadi penting untk menyambung hidup keluarga. Mereka dinamakan ‘bombila’, julukan bagi pengemudi taksi pelat hitam.

Wartawan BBC News Patrick ternyata pernah menjadi mahasiswa di zaman itu.  Dia menuliskan pengalamannya ketika pertama kali tiba di sana sebagai mahasiswa pada 1989,.

Dia mencatat, ada  peraturan tidak tertulis: jangan naik mobil yang sudah ditumpangi lebih dari satu orang dan sepakati tarifnya dulu sebelum naik.  Ketika perestroika kota Moskow mulai tak aman.

Sering di taxi ada begal yang ingin menjebak penumpang untuk manut.  Mereka Kerjasama dengan pengemudi taksi.  Karena itu orang akan menghindari menumpang taksi jika ada penumpang lainnya di dalam.

Apa kaitan racun, kekuasaan, dinas mata-mata Rusia, dan Vladimir Putin?

Saat itu masih sedikit taksi resmi. Biasanya risiko terbesar yang kami hadapi saat itu adalah membuat tersinggung sopir macho dengan mencoba mengenakan sabuk pengaman. Artinya, no deal dan kamu jangan naik taksi saya.

Ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 dan rubel kehilangan nilainya, pasar informal menjamur dan kami mendapati diri didorong oleh orang-orang dari semua lapisan masyarakat, catat Aina.

“Kadang-kadang saya melakukan percakapan yang mencerahkan dengan para pengemudi, tetapi sering kali mengalami kesunyian yang ganjil.”

Maklumlah kebanyakan penduduk Moskow ketika itu tidak bisa berbahasa Inggeris. Hanya berbahasa Rusia.  Tanpa mengetahui bahasa ini bakalan susah hidup.

  Bersama Karen Amstrong

Patrick juga mencatat pengalaman lain. Mungkin karena si pengemudi baru sadar bahwa dia bisa saja minta tarif lebih besar begitu tahu dia bukan orang Rusia, tetapi mungkin juga karena mereka mungkin malu karena harus menghabiskan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka untuk “jadi sopir” alih-alih mengejar karier dan kehidupan yang telah mereka rencanakan.

Orang Rusia memang sangat sadar pentingnya ‘gengsi’.  Karena gengsi mereka akan menolak berapapun harga yang Anda bisa membayar dan melebihi tarif tak resmi taksi gelap itu. Dia akan meninggalkan Anda sambil memaki-maki, seperti sering saya saksikan ketika menunggu giliran datangnya taksi gelap di tempat penantian.

Bisa berbicara dengan Bahasa Rusia akan mencairkan suasana. Ada pengalaman lucu penulis dalam soal Bahasa Rusia ini. Jika seorang petugas mendekati saya, mungkin ingin mengecek demi security, maka saya berbahasa Inggeris. Biasanya petugas politi kelabakan dan akhirnya mengizinkan saya melanjutkan perjalanan.  Dia frustrasi tak mengerti apa yang saya katakana, dan saya uga berpura-pura tak mengerti bahasa Rusia.

Namun di luar kategori ini saya menggunakan Bahasa Rusia. Saya dulu belajar Bahasa Rusia ketika sekolah S-2 di Seattle, Amerika di awal 1980-an.

Maka, ketika pertama kali keluarga kami dipindahkan ke Uni Soviet di awal tahun 1986 itu saya sudah bisa berbicara singkat dalam Bahasa Rusia.  Isteri saya belakangan belajar dan akhirnya tak perlu saya temani jika belanja ke pasar, atau disebut ‘rynok’. Dia sudah agak lancar berbahasa ini.

Dengan berbicara bahasa Rusia maka harga diturunkan, begitu juga ongkos taksi. Mereka menganggap Anda mengerti budaya mereka dan tahu ‘berapa harga yang pantas’.  Jika dengan orang asing mereka selalu bersikap ‘take it or leave it’.  Tidak demikian halnya jika Anda berbahasa Rusia.  Dia akan menjadi lebih terbuka dan nice.

Jakarta 14 Desember 2021

Tags: 'taksi’ pelat hitamKenanganPresiden RusiaSopir TaksiUni SovietVladimir Putin
Bagikan12Tweet7KirimBagikanPin3

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA TERPOPULER

  • Ketegangan Rusia – NATO dan Ancaman Kelaparan Global

    Ketegangan Rusia – NATO dan Ancaman Kelaparan Global

    19 bagikan
    Bagikan 8 Tweet 5
  • Selamat Datang Era Surveillance Capitalism

    180 bagikan
    Bagikan 72 Tweet 45
  • RRT Kian Mengancam Indonesia?  

    1457 bagikan
    Bagikan 583 Tweet 364
  • Kearifan Lokal dan Budaya Masa Silam yang Hampir Punah

    1093 bagikan
    Bagikan 437 Tweet 273
  • Lebih Akrab dengan Pengobatan Kepret “Ala” Sinshe Awi (Bagian I)

    7746 bagikan
    Bagikan 3098 Tweet 1937

BERITA TERBARU

AS, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Inggris Bentuk Kelompok Kerja Pasifik

AS, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Inggris Bentuk Kelompok Kerja Pasifik

29 Juni 2022
6 Mahakarya: legacy fenomenal Anies

6 Mahakarya: legacy fenomenal Anies

29 Juni 2022
Tjipta Lesmana: duet Prabowo – Cak Imin ambrol!

Tjipta Lesmana: duet Prabowo – Cak Imin ambrol!

29 Juni 2022
  • Tentang DNI
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak DNI
  • Indeks

© 2022 Daily News Indonesia - Cerdas, Akurat, Bermanfaat.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Home
  • NEWS
  • TECH
  • KOLOM
  • LIFESTYLE
    • Entertainment
  • CONVERGENCE
    • DNI TV
    • DN-RADIO
    • DNI E-PAPER
    • DN-MEDSOS
    • DNI INFOGRAFIS
  • LAINNYA
    • Analisis
    • Wawancara
    • Opini
    • Religi
    • Serba-Serbi
    • Obituary
    • Oase
    • Liyan
    • Investigasi
    • Editorial
    • Diplomatic Corner
    • Anies Baswedan

© 2022 Daily News Indonesia - Cerdas, Akurat, Bermanfaat.

Selamat Datang!

Silakan Login

Lupa Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist