HABIB Rizieq Shihab (HRS) kini telah Kembali ke tanah airnya. Selama 3,5 tahun, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu menetap di Arab Saudi.
Tiba-tiba jutaan massa hadir melakukan penyambutan kepulangan Imam Besar itu. Dari mulai penyambutan sampai HRS tiba di rumahnya di Petamburan semua tahapan berjalan lancar.
Tidak ada kerusuhan dan provokator yang biasanya hadir mengganggu acara berbagai aksi demo sebelumnya seperti pada penolakan masyarakat terhadap UU Omnibus Cipta Kerja.
Habib telah mengukir sejarah menjadi tokoh terbesar yang ada di Indonesia diukur dari pendukung fanatiknya yang rela berkorban materi dan waktu untuk menyambut kepulangannya, meskipun beberapa tokoh pemerintahan dan parpol sempat memandang enteng dengan mengklaim bahwa HRS telah ditinggalkan oleh pengikutnya dan karena itu kepulangannya ke Indonesia adalah untuk menjalin kembali silaturahmi agar tidak dilupakan.
“Habib membuktikan power dan pengaruh yang dimilikinya dan tidak pernah ada pemimpin dari manapun, apakah tokoh parpol bahkan sampai tingkat presiden yang memerintah di Indonesia bisa menghadirkan jutaan umat pada satu waktu dan di satu tempat, bahkan Soekarno sekalipun tidak pernah,” kata pengamat di media sosial.
Bahkan, Menko Polhukam yang sehari sebelumnya mem-bully Habib tiba-tiba kondusif menyatakan jaminan pemerintah dan memerintahkan pengawalan demi keamanan dan keselamata HRS. Entah kenapa.
Setelah tiba di kediamannya, Jalan Petamburan III, Gang Paksi, Jakarta Pusat, Habib Rizieq menerima kunjungan sejumlah tokoh. Mulai dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain, Pendiri Partai Ummat Amien Rais, dan seorang Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Marwan Batubara.
Kemudian, Pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga telah melakukan silaturahim ke kediaman Habib Rizieq. Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Aljufrie, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Ahmad Heryawan, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Alhabsy, dan Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman.
Sekadar diketahui, di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 lalu, Habib Rizieq berada di barisan pendukung Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sehingga, kepulangan Habib Rizieq itu pun menimbulkan tanda tanya.
Salah satu pertanyaannya adalah apakah Habib Rizieq akan memainkan peran di dunia politik Tanah air ke depannya? Sebab, HRS cukup dekat dengan para tokoh oposisi yang berseberangan dengan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Memang, kembalinya Habib Rizieq ke Indonesia telah menimbulkan dinamika dalam politik nasional, terutama berkaitan dengan Pilpres tahun 2024.
Sejak kepulangan ke Indonesia, Imam Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) telah menjadi magnet dan mulai menimbulkan dinamika. Sejak kedatangan di Bandara Soetta, HRS dijemput jutaan umat dan pendukung.
Tokoh-tokoh nasional pun sowan kepada beliau. Wajar, karena dalam sejarah Indonesia, hanya Habib dengan ketokohannya yang berhasil mengumpulkan massa jutaan orang dalam satu waktu dan tempat.
Tidak ada tokoh lain yang bisa. Sebut saja apakah tokoh partai, tokoh pemerintahan sampai ke tingkat presiden. Hanya Habib yang mampu melakukan itu.
Jika kehadiran HRS menimbulkan kecemburuan dari tokoh-tokoh yang merasa tersaingi dan tergerus pendukungnya karena Habib, maka dalam politik wajar pula jika banyak tokoh yang pasang ancang-ancang untuk menarik Habib ke pihaknya dan mulai mendekat.
Maka tak salah jika kami dalam tulisan sebelumnya di media ini, DailyNews Indonesia, DNI, memperkirakan HRS telah menjelma menjadi ‘a King-Maker’ terutama menghadapi Pemilu 2024.
Ada beberapa spekulasi beredar di media sosial bahwa HRS pulang pada waktu sekarang, lancar –meskipun gangguan tak henti-hentinya– bahkan sampai beliau sudah berada di bandara masih saja digerpol oleh tokoh dan pihak-pihak yang tak menyukai beliau adalah bagian dari scenario besar untuk menentukan ke mana arah perkembangan politik Indonesia, dan terutama menyangkut arah kebijakan luar negerinya dalam permainan politik menentukan di Asia Pasifik.
Tepatnya bukan saja tidak menyukai tetapi juga yang ingin mencelakakan beliau secara pidana, perdata bahkan fisik: anacaman pembunuhan yang beruntun dilakukan sebelum HRS memutuskan –atas saran ulama—untuk tidak kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan ibadah umrah.
Beralasan, HRS pulang relatif lancar, didampingi pejabat Saudi di bandara, lalu terbang dan mendarat di Bandara Soetta disambut jutaan umat dan kemudian di-escort oleh petugas keamanan kita sampai di Petamburan dengan aman, lancar selamat.
Tidak ada gangguan apapun ini agak mengherankan. Biasanya provokator ‘dilepas’ menyalak, menggigit dan mengacaukan keadaan dan massa selalu menjadi ‘culprit’. Eh, kok tiba-tiba aman?
Dan seterusnya di berbagai acara keluarga maupun dengan jamaah, acara HRS dipenuhi umat. Bahkan kini orang bersiap-siap mengikuti acara reuni 212 yang akan berlangsung tanggal 2 Desember 2020. Jika dalam acara terakhir massa mencapai antara 6-8 juta, maka kini diperkirakan massa akan mencapai lebih dari 10 juta!
Ada ghirah, semangat yang membuat HRS menjadi magnet, ditunggu ulama dan umat. Juga kawan dan lawan!
Jelas, tidak berlebihan jika kita berspekulasi bahwa HRS akan menjadi tokoh-sentral penentu dalam Pilpres 2024.
Habib sendiri tidak menyatakan tertarik untuk masuk parpol dan melakukan kegiatan politik walaupun pendapat dan sikapnya jelas memiliki gema dalam politik nasional ke depan.
Pengamat Politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara dan Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo juga menilai bahwa Habib Rizieq bakal memainkan peran dalam dunia politik tanah air ke depan.
“Ya. Habib Rizieg Shihab (HRS) akan memainkan peran politik di Indonesia sampai nanti 2024, sebagai oposisi reborn bersama Gatot Nurmantyo (GN),” ujar Igor Dirgantara kepada SINDOnews, Kamis (12/11/2020).
Menurut Igor, salah satu peran yang bisa dimainkan Habib Rizieq adalah membantu dan bersinergi dengan perjuangan Gatot Nurmanto dan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dalam mengkritisi kebijakan Pemerintahan Jokowi.
“Jika hal ini dilakukan, maka Gatot Nurmantyo dan HRS merupakan paduan dua tokoh kekuatan politik besar, yaitu Militer dan Islam,” ujar Igor.
GN dan HRS bisa menjadi simbol duet gerakan moral dan oposisi yang konstruktif dengan jumlah pengikut yang besar dan real.
“Bukan seperti buzzer yang hanya bisa bikin rame di medsos tapi sebenarnya enggak ada pengikutnya,” ungkap Igor.
Dia menuturkan, Pemerintah Jokowi bisa saja menguasai mayoritas parpol di DPR. “Tetapi kepulangan HRS adalah embrio dari konsolidasi kekuatan oposisi non-parlemen bersama GN,” ungkapnya.
Igor pun membeberkan ada tiga indikasi penting. Pertama, kata dia, kepulangan HRS mendapat cukup antusiasme kelompok Islam. Kedua, lanjut dia, kunjungan langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ke tempat HRS di Petamburan.
“Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo adalah tokoh sipil (kepala daerah) dan tokoh militer yang paling di-support oleh komunitas muslim di luar pemerintahan untuk maju di Pilpres 2024,” tutur Igor.
Ketiga, kata Igor, ketidakhadiran GN sebagai mantan Panglima TNI untuk menerima penghargaan Bintang Mahaputera di Istana Negara.
“Otomatis ini berarti penolakan GN atas Bintang Jasa dari Presiden Jokowi tersebut. Dan ini menunjukkan satu posisi sikap oposisi dan kritiknya terhadap kebijakan pemerintah saat ini, seperti misalnya soal penanganan Covid-19,” pungkas Igor.
Kunto Adi Wibowo, Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) setuju dengan pendapat Igor.
“Kemungkinan besar dia akan memainkan peran dalam dunia politik di masa depan di Indonesia. Tapi dia tentu akan menolak untuk bergabung pada partai politik tertentu,” ujar Kunto..
Bagaimana Habib memainkan peranannya sebagai ‘King-Maker’ jika Imam Besar ini menolak memasuki parpol?
“Dengan tidak masuk ke sebuah partai politik, kata dia, Habib Rizieq akan lebih lincah bermain dalam kerangka ormas.
“Begitu dia masuk politik, maka saya menduga dia akan khawatir soal istilahnya kemurnian gerakannya atau kemurnian perjuangannya. Itu sudah terlihat ketika Masyumi Reborn ini meminang Habib Rizieq dan Habib Rizieq menolaknya, itu yang pertama,” kata Kunto.
Merujuk pada gerakan nasionalisme di India yang berbasis agama Hindu yang melahirkan Hindu Nasionalism, maka alternatif bentuk kehadiran HRS dalam peta politik nasional juga bisa melahirkan Islam Nasionalism, yang memang telah hadir sejak di awal kemerdekaan RI.
“Jadi sangat mungkin gerakan-gerakan politik kanan mentok nasionalisme di Indonesia juga akan tumbuh, apalagi sekarang ada banyak ketidakpuasan terhadap Pemerintahan Jokowi misalnya soal Omnibus Law, kemudian penanganan corona,” ungkap Kunto.
Bahkan, kata dia, sempat muncul sentimen agama dalam penanganan Covid-19 atau virus corona di Indonesia.
“Ketika di awal-awal masjid ditutup, sementara berapa mal dibuka, ini tentu akan mengundang sentimen agama yang kuat dan itu bisa digabung dengan nasionalisme,” katanya.
Selain itu, kata dia, massa FPI bisa menjadi rebutan bagi partai-partai politik di Pemilu 2024. “Entah itu parpol Islam maupun parpol yang sekuler nasionalis sekalipun, karena ada kekuatan massa di situ yang bisa digerakkan dan riil.”
Bagaimana arah ke depan Gerakan umat Islam didukung para ulama di bawah komando Imam Besar Habi Rizieq Shihab menarik untuk diikuti.
Dia telah menjadi primadona, menggeser tokoh-tokoh yang menghiasi politik nasional, termasuk Presiden Jokowi sekalipun, dan ini yang membuat para tokoh-tokoh berkuasa termasuk pimpinan organisasi keislaman yang tersaingi merasa tidak nyaman.
Pihak-pihak penista Islam dan ulama, didukung elemen sekularis, kaum pendukung komunis, dan dengan didanai para taipan pendukung agenda RRT di Indonesia akan tetap melancarkan serangan terhadap HRS.
Sekecil apapun momen itu dan betapapun tak perlu dihitung dampaknya, seperti ketika mereka menokohkan Nikita Mirzani menjadi tokoh sentral mereka menghadapi Habib Rizieq Shihab.
Ini adalah kesia-siaan dan tak perlu dihitung.
Ditulis kembali oleh: Haz Pohan, Pemred DNI
Discussion about this post