Daily News|Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan update perkembangan kasus corona di Jakarta. Ia menyampaikan beberapa berita positif, salah satunya adalah penurunan kasus aktif di Jakarta yang bisa ditekan.
“Alhamdulillah kasus aktif di Jakarta per tanggal 12 Agustus telah turun di bawah angka 10 ribu kasus. Kasus aktif ini adalah jumlah orang yang positif, yang masih dirawat di RS atau melakukan isolasi mandiri,” kata Anies dalam update virtual di akun YouTube Pemprov DKI, Sabtu (14/8).
Terakhir kali, kasus aktif di Jakarta berada di bawah 10 ribu adalah pada 22 Mei lalu. Artinya selama 2,5 bulan, kasus positif corona di Jakarta mencapai angka di atas 10 ribu.
Anies mengatakan angka ini bisa ditekan dalam waktu sebulan saja. Padahal pada 16 Juli lalu, kasus aktif di Jakarta mencapai 113.137 kasus.
“Kita ingat saat puncak itu tercapai, seluruh kamar RS di Jakarta penuh. Bukan hanya ICU, bukan hanya kamar rawat inap, tapi antrean masuk IGD pun panjang meluber ke selasar-selasar, bahkan kita harus bangun tenda-tenda darurat,” ucap Anies.
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19), di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
Anies mengungkapkan untuk menurunkan kurva kasus aktif biasanya memerlukan waktu lebih lama daripada penambahan kasus. Dengan hasil tersebut, Anies yakin dan mengapresiasi kerja keras dari segala pihak yang terlibat, utamanya para tenaga medis.
“Atas izin Allah, berkat kerja keras begitu banyak pihak, dukungan kedisiplinan dari begitu banyak warga Jakarta, kita semua berhasil menurunkan kurva kasus aktif itu kembali di bawah 10 ribu dalam waktu kurang dari satu bulan sejak puncak gelombang kedua,” pungkasnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyoroti masih banyak warganya yang belum divaksinasi corona. Dari total target 8,9 juta orang, vaksinasi corona di DKI sudah mencapai 8,7 juta, namun 3,7 juta di antaranya merupakan warga ber-KTP non DKI.
“Ada 3,7 juta yang KTP-nya bukan KTP Jakarta. Namun begitu, sebagian besar adalah petugas publik yang bekerja di Jakarta. Jumlahnya 1,9 juta. Sisanya adalah warga yang ber-KTP non Jakarta tapi bekerja, berdomisili, belajar di Jakarta dan memang ada juga yang khusus datang ke Jakarta hanya untuk vaksin,” jelas Anies dalam pernyataan virtualnya, Sabtu (14/8).
Anies menegaskan pihaknya tidak pernah membatasi siapa saja yang ingin divaksin di Jakarta. Sebab, kondisi pandemi COVID-19 seperti ini harus dilawan bersama, salah satunya lewat program vaksinasi. Vaksinasi ini juga merupakan ikhtiar sebagai program kemanusiaan.
“Ini adalah tanggung jawab melindungi sesama. Anda sehat, kami vaksin. Kami tidak membedakan warga mana pun karena kita ingin setiap manusia di muka bumi ini sehat dan terlindungi, tidak pandang status administrasinya,” tuturnya.
Untuk mengejar target penyuntikan 3,6 juta warga Jakarta yang belum divaksin, Anies meminta kerja sama seluruh pihak.
Salah satu yang ditekankan Anies adalah pemberian vaksinasi bisa meringankan risiko perberatan jika suatu saat terinfeksi COVID-19.
“Karena itulah kemudian kita sekarang harus ekstra effort untuk memastikan semua warga ber-KTP Jakarta itu ramai-ramai ikut vaksinasi. Data lapangan jelas menunjukkan bahwa vaksin menurunkan risiko perberatan bahkan risiko fatalitas akibat COVID,” tutup Anies.
Dilihat dari corona.jakarta.go.id hingga pukul 17.15 WIB, sebanyak 59,3 persen warga Jakarta sudah mendapatkan suntikan vaksin corona dosis pertama. Atau berjumlah 5,29 juta orang.
Sedangkan yang sudah mendapatkan dosis penuh sebanyak 2,52 juta orang. Sementara itu, warga yang belum divaksin sama sekali 40,7 persen, atau 3,64 juta orang.
Angka positivity rate di DKI Jakarta terus menurun. Artinya, rasio seseorang untuk terinfeksi corona di Ibu Kota semakin kecil.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, positivity rate di ibu kota sempat menyentuh angka 48 persen pada puncak gelombang kedua corona beberapa bulan lalu. Artinya, dari 2 orang yang dites, salah satunya pasti positif COVID-19.
Namun sekarang, angka tersebut sudah turun di bawah ambang batas maksimal yakni 10 persen.
“Hamdalah sekarang positivitas Jakarta telah turun di bawah ambang batas maksimal 10 persen. Tapi kita masih harus mengejar agar tingkat positivitas ini di bawah ambang batas ideal yaitu 5 persen,” kata Anies dalam keterangan virtual, Sabtu (14/8).
Anies mengatakan, angka 48 persen pada puncak pandemi sangatlah ekstrem. Namun berangsur angka tersebut turun seiring ‘intervensi’ yang pemerintah lakukan dengan menelurkan berbagai kebijakan.
Dia mengatakan, idealnya positivity rate ini ada di angka 5 persen. Ia berharap kondisi tersebut bisa terealisasi.
“Yuk kita teruskan. Jangan lengah, jangan sampai ini bertahan bahkan naik. Jangan sampai ini terjadi pada kita. Kita melihat kemenangan sudah di depan mata, sudah dekat, tapi tidak boleh terlena-lena, tidak boleh buru-buru beraktivitas sebebas-bebasnya,” kata Anies.
Dia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Selain itu mengurangi mobilitas dan menutup ruang terhadap potensi munculnya gelombang corona selanjutnya.
“Jangan membuka ruang terhadap munculnya gelombang berikutnya, menyia-nyiakan usaha yang sudah berjalan luar biasa selama sebulan kemarin,” kata dia.
“Itu dahsyat bagaimana dia bisa turun dengan angka yang sangat signifikan. Jadi terus waspada, terus jaga prokes, terus kurangi mobilitas, dan satu lagi segera dapatkan vaksinasi bagi yang belum vaksin,” pungkasnya.
Diketahui, pada Juli lalu, positivity rate di DKI sempat tembus 46 persen. WHO sendiri menyebut batas positivity rate yang aman adalah maksimal 5 persen.
Positivity rate mingguan di Jakarta juga turun drastis. Saat Juli sempat menembus 40% lebih selama beberapa hari. Kini angkanya di bawah 10 persen per 14 Agustus 2021. (DJP)
Discussion about this post