Daily News – Sebentar lagi Jokowi akan dilantik sebagai Presiden untuk kedua kalinya. Lima tahun kedepan, ia akan didampingi Ma’ruf Amin, kiai senior NU yang jadi Wakil Presidennya. Pada Hari Minggu, 20 Oktober 2019, Jokowi dan Kiai Ma’ruf akan dilantik.
Selanjutnya, tinggal mengumumkan kabinet. Jokowi sendiri sempat mengatakan, akan mempertahankan menteri yang saat ini membantunya. Hanya saja, Jokowi, tak menyebut nama siapa menteri lama yang akan kembali masuk kabinet di periode duanya. Meski publik, sudah menebak-nebak siapa saja menteri lama yang akan bertahan dan kembali akan membantu Jokowi di periode keduanya.
Menarik untuk dicermati adalah posisi Jaksa Agung. Biasanya, ketika kabinet baru diumumkan, posisi Jaksa Agung juga berganti orang. Sekarang, posisi Jaksa Agung masih dipegang oleh M Prasetyo, mantan Jaksa yang jadi politisi. Ya, Prasetyo adalah kader Partai NasDem, partai yang dipimpin Surya Paloh.
Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur berharap, Jaksa Agung berikutnya bukan dari partai. Atau orang yang terafiliasi dengan partai. Tapi sosok independen.
Karena menurutnya, berbahaya jika orang partai pegang posisi Jaksa Agung. Ia menyarankan, sebaiknya posisi Jaksa Agung dipegang jaksa karir. Bukan pensiunan jaksa yang jadi politisi.
” Tapi yang yang profesional dan jika jaksa karier harus benar-benar berintegritas, berani, dan tidak mempunyai catatan buruk tentang dugaan korupsi dan lain-lain,” ujarnya.
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman juga satu suara. Jokowi diharapkan memilih jaksa karier untuk posisi Jaksa Agung. Jaksa yang independen dan tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
“Independen dan tidak boleh terafiliasi partai politik,” katanya.
Kalau pun yang hendak dipilih adalah mantan jaksa, dia kata Boyamin harus sosok yang lurus. Seperti Baharuddin Lopa. Jokowi, harus cari orang seperti Lopa.Siapa Baharuddin Lopa yang disebut Boyamin orang lurus itu?
Ya, Lopa adalah salah satu Jaksa Agung legendaris di negeri ini. Dan, mungkin diantara sederet Jaksa Agung yang pernah menjabat di negeri ini, Lopa adalah salah satu yang namanya harum. Dikenang hingga sekarang. Dirindukan banyak orang, karena kesederhanaan, ketegasan serta integritasnya. Ia Jaksa Agung lurus. Anti suap, parcel sekali pun.
Sayang, Baharuddin Lopa telah pergi. Ia jadi Jaksa Agung di era Gus Dur. Sejak jadi jaksa, ia dikenal berani tanpa kompromi. Ia tak mempan disuap. Beberapa pengusaha sekelas konglomerat yang terjerat kasus sempat dibuat ketar-ketir olehnya. Salah satu yang dijebloskan ke penjara adalah Bob Hasan, konglomerat yang dikenal dekat dengan Soeharto.
Ada sepenggal cerita menarik tentang Baharuddin Lopa, saat ia jadi Jaksa Agung. Kisah menarik ini ditulis oleh Setyardi, mantan wartawan Tempo, yang kemudian dimuat di situs Republika.co.id. Setyardi dalam tulisannya bercerita, ketika jadi wartawan, ia cukup dekat dengan Baharuddin Lopa. Suatu ketika, Baharuddin Lopa menghubunginya, meminta tolong karena ingin menulis kolom di Majalah Tempo.
Setyardi agak sungkan sebenarnya. Sebab minggu sebelumnya, Majalah Tempo sudah memuat tulisan Baharuddin Lopa. Tapi Baharuddin Lopa terus meyakinkan, bahwa tulisannya sangat penting menyangkut pemberantasan korupsi. Akhirnya, tulisan itu pun dimuat.
Baru belakangan Setyardi tahu, jika bukan semata tulisan itu penting. Tapi ternyata, Baharuddin Lopa berharap dapat honor dari tulisannya. Dapat honor dari menulis, bagi Baharuddin Lopa lebih membahagiakan ketimbang dapat duit besar tapi hasil kongkalikong. Honor dari menulis jelas sangat halal. Meski tak seberapa. Sungguh sikap yang pantas diteladani.
” Kemudian saya baru mengerti ternyata Lopa menulis juga berharap mendapat rizki halal, dari honor penulis kolom yang tak seberapa itu. Bayangkan, seorang Jaksa Agung berupaya memenuhi kebutuhan keluarganya dari honor menulis kolom,” tulis Setyardi seperti dimuat Republika.co.id.
Semoga Jaksa Agung yang baru seperti Lopa, seperti harapan Boyamin. Mungkin juga harapan banyak orang. Karena menurut hasil survei yang baru-baru ini dilansir, rapor penegakkan hukum di era Jokowi yang paling jeblok nilainya. (SPY)
Discussion about this post