Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengangkat Jenderal Sutanto, mantan Kapolri sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) banyak yang kaget. Maklum selama ini, posisi bos intel selalu di isi tentara. Bukan polisi. Apalagi di zaman Soeharto, posisi Kepala BIN jatahnya tentara. Tidak pernah ada satu pun jenderal polisi yang jadi bos intel.
Tapi tradisi bos intel jatah tentara itu berakhir, ketika SBY mendapuk Sutanto jadi Kepala BIN. Sutanto jadi orang nomor satu di BIN, menggantikan Mayor Jenderal (Purn) Syamsir Siregar.
Sutanto pun menorehkan sejarah, jadi polisi pertama yang jadi bos intel. Peraih Adhi Makayasa Akademi Kepolisian tahun 1973 ini dilantik jadi Kepala BIN pada 22 Oktober 2009. Hanya selang dua hari setelah SBY dilantik jadi Presiden untuk keduakalinya. Sama seperti Sutanto, SBY juga peraih Adhi Makayasa Akademi Militer angkatan darat. Bahkan SBY meraih penghargaan lulusan terbaik Akmil sama tahunnya dengan Sutanto, tahun 1973.
Namun Sutanto tidak terlalu lama jadi orang nomor satu di Kalibata, tempat markas BIN berada. Pada 19 Oktober 2011, SBY mengganti Sutanto dengan Letnan Jenderal Marciano Norman. Kembali bos intel jadi jatah tentara. Jenderal Norman sendiri memangku jabatan Kepala BIN hingga 8 Juli 2015. Ketika itu Jokowi sudah naik jadi Presiden menggantikan SBY.
Selanjutnya, Jokowi mengganti Kepala BIN. Sutiyoso, pensiunan jenderal bintang tiga baret merah yang didapuk Jokowi gantikan Norman. Bang Yos, demikian panggilan akrab Sutiyoso, tak begitu lama jadi bos intel. Pada tanggal 26 September 2016, Bang Yos digantikan oleh Jenderal Budi Gunawan.
Kembali polisi dapat jatah. Jenderal Budi Gunawan tidak lain adalah perwira tinggi Bhayangkara. Sebelum jadi bos intel, Jenderal BG, demikian panggilan akrabnya menjabat sebagai Wakapolri. Sempat dicalonkan sebagai Kapolri, tapi kemudian batal diangkat gara-gara BG ditetapkan jadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal, ketika itu BG sudah menjalani uji kelayakan di DPR. Dan lulus. Tinggal dilantik saja.
Tapi penetapan tersangka oleh KPK, membuat langkah BG jadi Trunojoyo 1 buyar. Status tersangka BG sendiri akhirnya dibatalkan Hakim Sarpin, setelah BG mengajukan gugatan praperadilan. Bukannya meredup, karir BG justru kian moncer. Gagal jadi Kapolri, Jokowi mengangkatnya jadi Kepala BIN. Bahkan pangkat pun dinaikan dari Komisaris Jenderal menjadi jenderal bintang empat alias jenderal penuh.
Banyak yang bilang, naiknya BG jadi Kepala BIN tidak lepas dari campur tangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, salah satu partai penyokong utama Jokowi. Ya, BG memang punya kedekatan dengan ibu banteng. Ia pernah jadi ajudan Megawati.
Hari Kamis malam (3/10), Daily News menerima kiriman pesan dari seorang wartawan yang biasa meliput di Istana Negara. Pesan yang diterima berisi daftar nama yang akan jadi penghuni kabinet Jokowi -Ma’ruf. Dalam daftar nama penghuni kabinet yang diterima Daily, nama BG masih ada. Namun bukan sebagai Kepala BIN. Bos intel justru dijabat oleh Joni Supriyanto, jenderal bintang tiga angkatan darat. Sementara BG diplot jadi Menteri Pertahanan.
Jenderal Joni, saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Umum TNI. Sebelumnya, jenderal kelahiran Ngunut, Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 6 Juni 1964 ini pegang posisi sebagai Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya). Posisi Pangdam Jaya yang ditinggalkan lulusan Akmil 1986 ini sekarang dipegang Mayjen TNI Eko Margiyono, bekas Danjen Kopassus.
Jenderal Joni, bukan orang baru di dunia intelijen. Ia pernah menjadi Wakil Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), badan telik sandinya TNI. Jabatan lainnya di bidang intelijen yang pernah dipegang Joni antara lain, Dandeninteldam I/Kodam Bukit Barisan, Danpusdiklat Intelstrat Kodiklat TNI dan Waasintel Panglima TNI. Jika benar Letjen Joni yang nanti jadi bos intel, maka posisi itu akan kembali jadi tentara, seperti di era Soeharto. (Supriyatna/Daily News Indonesia)
Discussion about this post