Daily News|Jakarta – Ketegangan antara Filipina dengan China terkait sengketa laut China Selatan belum juga reda meski ada utang budi Presiden Filipina, Duterte di baliknya. Yang terbaru, Duterte menegaskan tidak akan menarik kapal-kapal Angkatan Laut dan penjaga pantai yang berpatroli di laut China Selatan.
Ketegangan di laut yang diklaim China hampir seluruhnya itu, awalnya meningkat ketika Beijing menolak untuk menarik kapal-kapalnya dari Zona Ekonomi Eksklusif Filipina. Tak hanya itu, ketegangan semakin menjadi lantaran Manila pun meningkatkan patroli maritim di laut tersebut.
Kini Duterte berada di bawah tekanan pihak dalam negeri Filipina untuk mengambil tindakan tegas dan lebih keras kepada China. Namun demikian Duterte enggan menghadapi China terkait persoalan tersebut lantaran dia membina hubungan yang lebih dekat dengan raksasa ekonomi itu.
Duterte sempat menyatakan pada Rabu (28/4) malam waktu setempat, bahwa meski Filipina berhutang budi kepada “teman baiknya” China untuk banyak hal, termasuk vaksin gratis COVID-19, namun klaim negaranya atas perairan itu “tidak dapat ditawar”.
“Saya akan memberi tahu China, kami tidak ingin masalah, kami tidak ingin perang. Tetapi jika Anda menyuruh kami pergi – tidak,” kata Duterte.
“Ada hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dikompromikan, seperti kami mundur. Ini sulit. Saya berharap mereka mengerti, tapi saya juga memiliki kepentingan negara yang harus dilindungi,” imbuhnya.
Pernyataan ini disampaikan Duterte setelah Departemen Pertahanan Filipina menyatakan “China tidak memiliki urusan untuk memberi tahu Filipina apa yang dapat dan tidak dapat kami lakukan dengan perairan kami sendiri”.
Kondisi tegang antara kedua negara ini belum reda hingga kini. Penjaga pantai Filipina bahkan saat ini sedang melakukan latihan di dekat Pulau Thitu dan Scarborough Shoal, serta kepulauan Batanes di utara dan bagian selatan dan timur negara itu.
Scarborough – salah satu tempat memancing terkaya di kawasan itu – telah lama menjadi sumber ketegangan antara Manila dan Beijing.
Menanggapi latihan militer tersebut, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Filipina harus “menghentikan tindakan yang memperumit situasi dan meningkatkan perselisihan”.
Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir, Manila telah meningkatkan “patroli kedaulatan” yang melibatkan angkatan laut, penjaga pantai dan perikanan di Kepulauan Spratly – sebuah kepulauan di Laut China Selatan yang diperebutkan oleh beberapa negara.
Beijing telah mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 yang menyatakan klaim historisnya atas sebagian besar Laut China Selatan tidak berdasar.
Perselisihan diplomatik antara China-Filipina sebetulnya awalnya dipicu oleh kehadiran ratusan kapal China di Kepulauan Spratly pada bulan lalu. China – yang mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan – telah menolak permintaan berulang kali Filipina untuk menarik kembali kapal-kapal tersebut. (HMP)
Discussion about this post