Daily News | Jakarta – Namanya Pak Muhadi. Ia akrab dipanggil Pak Haji Muhadi. Jumat, 28 Desember 2018, saya sempat bertemu dengannya di Pandeglang. Pak Haji Muhadi, adalah salah seorang selamat dari gulungan ombak tsunami yang menerjang sebagian pantai yang ada di Pandeglang, Serang dan Lampung pada Sabtu malam, 22 Desember 2018.
Pada saya pula, Pak Muhadi banyak bercerita pengalaman mengerikannya saat ia digulung ombak tsunami. Ia mengaku tak menyangka bakal selamat. Padahal, ketika ia sudah pasrah pada Tuhan, andai tak selamat. Pak Muhadi pun membeberkan kisahnya dengan runut, mulai dari sebelum tsunami datang, sampai ia digulung ombak laut yang datang tiba-tiba.
Ketika itu, kata Pak Muhadi, ia sedang jaga vila. Suasana ketika itu ramai dengan pengunjung. Banyak yang sedang menikmati liburan. Kebetulan pula, vila yang dijaganya juga sudah disewa temannya yang datang pakai mobil dan motor.
” Waktu itu, saya sedang jaga vila di Cisi’ih,”katanya.
Vila yang dijaga Pak Muhadi, letaknya tak jauh dari Pantai Cisi’ih yang ada di Kampung Cisi’ih, Desa Tangkil Sari, Kecamatan Cimanggu, Pandeglang, Banten ” Walau Sabtu malam itu, posisi saya ada di vila dekat kolam renang, di dekat kantin,” kata Pak Muhadi.
Malam itu ia asyik mengobrol dengan temannya yang datang dari Desa Cibaliung, desa tetangganya. Sampai kemudian ketika sedang asyik mengobrol, terdengar bunyi bergemuruh seperti bunyi kapal yang sangat dekat. Awalnya, ia tak menghiraukan itu. Tapi kemudian ia merasa penasaran. Ia pun bergegas ke pinggir pantai, dengan berbekal senter yang dibawanya.
Saat lampu senter menyorot ke pantai, betapa kagetnya dia. Pak Muhadi terkesiap kaget bukan kepalang. Ia bercerita, dilihatnya gulungan ombak mendekat menunju daratan. Tampak seorang temannya sedang tertidur di gazebo dekat pantai. Sekuat tenaga ia pun berteriak. ” Ombak datang, ombak awas, ombak awas,” kata Pak Muhadi menceritakan pengalaman mengerikannya saat tsunami datang menerjang.
” Terjangan air laut itu datangnya kira-kira pukul 21.00 lewat. Pukul 21.30 menitan, kalau tak salah. Datangnya sangat cepat, bergemuruh bunyinya,” katanya.
Ia pun lari secepat mungkin ke arah vila. Pun temannya yang tertidur di gazebo. Tapi terjangan ombak tsunami lebih cepat menggulungnya. Di terjangan pertama, ia masih bisa menyelamatkan diri, dibalik tembok. Setelah itu ia lari lagi. Tapi ombak kembali menerjangnya. ” Ombak yang kedua datang lagi, saya masih bangun, terus ombak yang ketiga datangnya besar satu meteran lebih, saya pun terseret,” kata Pak Muhadi.
Untungnya, terjangan ombak mengarah ke rumah-rumah warga, melingkar seperti huruf L. Tidak langsung kembali menuju laut. Ratusan meter, ia terseret gulungan ombak. Sampai ia masuk ke kolam milik warga. ” Saya masih sadar. Dari dasar kolam saya ambil nafas ke permukaan, ada banyak puing, yang saya jadi pegangan,” katanya.
Di tengah keremangan malam yang mencekam, ia coba berenang dengan berpegangan pada batang kayu. Tak lama, ia seperti melihat kepala orang yang timbul tenggelam. ” Refleks saya dekati dia, dan saya jambak bajunya, ternyata dia masih hidup. Alhamdulillah, saya dan dia selamat,” ujarnya.
Dan yang sangat disyukuri Pak Muhadi, ibunya yang ketika itu juga ada di vila selamat. Ibunya selamat karena masuk ke dalam bangunan vila yang terbuat dari kayu. ” Kebetulan papan vila kan dari kayu. Ibu saya waktu itu tangannya pegangan ke rangka atap baja vila. Alhamdulillah ya Allah, ibu saya selamat,” katanya.
Pak Muhadi juga bersyukur, penghuni vilanya selamat semua. Walau motor dan mobil yang membawa mereka terseret ombak. Mobilnya terseret jauh. ” Kalau motor enggak tahu mungkin sudah tak tertolong lagi, rusak berat pak,” ujarnya.
Tapi ia ikut bersedih, ketika tahu, ada penghuni vila dan warga yang jadi korban. ” Mungkin ini sudah takdir Tuhan, saya dan ibu saya, dan teman saya, bisa selamat. Alhamdulillah. Walau saya juga ikut sedih, ada yang jadi korban,” ujarnya lirih.
Pak Muhadi sendiri terus terang masih trauma. Selama beberapa hari, ia masih terbayang-bayang, pengalaman yang menurutnya mengerikan. ” Waktu itu saya sudah pasrah. Tapi ternyata Allah masih memberi kesempatan pada saya untuk hidup,” ujarnya.
(Supriyatna/Daily News Indonesia)
Discussion about this post