Daily News|Jakarta – Jika kita berbicara tentang perang Anda pasti membayangkan militer, senjata, pasukan, bahkan korban yang tewas. Tetapi perang yang dimaksud bukanlah perang secara militer karena di sisi lain ada perang yang lebih bahaya yaitu perang budaya. Apa itu?
Peperangan sejatinya memiliki dua dimensi yang pertama dimensi fisik berupa kekuatan militer, termasuk taktik dan strategi medan perang. Sementara dimensi kedua adalah nonfisik peperangan berupa budaya dengan targetnya adalah prilaku. Lalu bagaimana keterkaitnya dengan di era sekarang dan apa efek yang bakal ditimbulkan?
Taukah Anda, Generasi muda milenial saat ini sedikit lupa akan jati dirinya yakni jati diri bangsa.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Budaya asing yang masuk sedikit demi sedikit menggerus secara diam-diam tanpa menimbulkan kegaduhan. Serangan budaya terjadi dengan sasaran generasi baru, yaitu melucuti keyakinan lokal dengan berbagai cara sehingga dapat menimbulkan efek untuk kepentingan budaya baru tersebut.
Yang diserang adalah psikologi nya/ kesadaran akan prilaku person to personnya. Seperti budaya pacaran ala kebarat-baratan yang notabene merupakan budaya sex bebas tanpa ikatan pernikahan. Ada juga budaya berjemur dipantai dengan mengenakan bikini dan masih banyak lagi lainnya.
Dewasa ini banyak sekali kalangan remaja Indonesia yang menggilai musik yang berbahasa Korea, bukan hanya musiknya saja tetapi budaya dan bahasanya. Remaja Indonesia pun juga sebisa mungkin untuk mempelajari dan terkadang mereka juga menggunakan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-harinya.
Ya, mungkin budaya ini tidak merugikan bagi bangsa kita, tetapi alangkah baik nya jika budaya kita yang kaya akan kebhineka tunggal ika juga bisa dibawa kesana.
Globalisasi meleburkan budaya barat dan budaya timur menjadi satu. Budaya populer itu sendiri berkaitan dengan fashion, transportasi, gaya hidup yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan tertentu, menjadikan sesuatu yang tabu menjadi budaya baru. (DYK)