Hari Kamis (26/9), demonstrasi mahasiswa di Kota Kendari berujung tragedi. Dua mahasiswa Universitas Halu Oleo yang ikut berdemonstrasi meninggal. Salah satunya adalah Randi, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo yang tewas tertembak. Sementara M Yusuf Kardawi, mahasiwa lainnya, meninggal karena luka di kepala yang cukup parah.
Demonstrasi di Kendari sendiri adalah satu rangkaian dengan unjuk rasa mahasiswa yang digelar di kota-kota yang marak selama tiga hari terakhir ini. Tuntutannya seragam, menolak sejumlah RUU yang kontoversial dan menentang UU KPK yang telah disahkan DPR.
Dari pantauan Daily News sendiri, setelah Randi dan Yusuf, dua mahasiswa di Kendari meninggal, aksi unjuk rasa mahasiswa tak kunjung reda. Di beberapa daerah, mahasiswa tetap turun ke jalan. Tuntutannya tak berubah. Menolak UU yang bermasalah, ditambah sekarang menuntut keadilan atas meninggalnya dua mahasiswa di Kendari.
Seperti yang terjadi di Jakarta, hari Jumat (27/9). Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kembali mendatangi gedung DPR di kawasan Senayan. Mereka datang dengan mengibarkan bendera HMI. Di hadapan barikade aparat kepolisian yang menjaganya, ratusan mahasiswa ini menggelar aksi.
Salah seorang mahasiswa berorasi di atas mobil komando yang di bawa ke arena aksi unjuk rasa. Katanya, HMI menuntut keadilan atas meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo di Kendari. Polisi harus mengusut tuntas kasus itu. Silih berganti, tuntutan itu disuarakan oleh para orator demo.
Dalam aksi di depan gedung DPR ini, ratusan mahasiswa HMI sempat melakukan aksi bakar ban. Mereka juga menginjak-injak kawat berduri yang dipasang memagari gerbang depan gedung wakil rakyat tersebut. Untungnya tak ada bentrok. Aparat tidak terpancing untuk membubarkan aksi.
Tidak hanya di Jakarta, di hari yang sama demontrasi yang dilakukan mahasiswa juga digelar di Kota Banggai, Sulawesi Tengah. Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Front Mahasiswa Banggai Bersatu (FMBB) menggeruduk kantor DPRD setempat. Mereka sempat diterima sejumlah anggota DPRD untuk kemudian dilakukan rapat dengar pendapat. Saat rapat itulah, beberapa mahasiswa melakukan aksi corat-coret di dinding ruangan rapat. Salah satu coretannya menyatakan ‘gedung ini disita’.
Menurut koordinator aksi mahasiswa, Aldo Hakim, aksi corat-coret para mahasiwa dipicu oleh sikap penolakan satu anggota DPRD Banggai dari Fraksi Partai Golkar yang menolak untuk mendukung pembatalan UU KPK dan sejumlah RUU kontroversial. Anggota DPRD itu berdalih, tuntutan mahasiswa itu melawan kebijakan pusat.
Mendengar itu, beberapa mahasiswa yang hadir dalam rapat tersulut emosinya. Mereka pun melakukan aksi corat-coret di dinding gedung DPRD. Sementara di Jakarta, usai menghadiri acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Dalam Negeri dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) di gedung BNN, di Jakarta, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta seluruh kepala daerah dan DPRD agar terbuka menerima kelompok masyarakat yang hendak menyatakan aspirasinya. Termasuk menerima dengan terbuka kedatangan para mahasiswa yang akhir-akhir ini gencar melakukan demonstrasi.
Jangan sampai, kedatangan mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya itu ditolak. Mereka harus diterima dengan baik. Bahkan harus diajak dialog. Sehingga ada komunikasi yang baik antara pemangku kebijakan dengan elemen masyarakat.
” Kalau ada demo mahasiswa kami minta diterima dengan baik, diajak dialog dengan baik. Dengarkan apa aspirasinya, sampaikan aspirasinya ke pusat maupun ke DPR dan sebagainya. Saya kira ini sangat penting dalam membangun komunikasi, membangun dialog. Mahasiwa itu juga warga kita sesama bangsa pasti akan bisa kita selesaikan dengan baik” kata Tjahjo.