Daily News|Jakarta – Pada tahun 1948, ketika Indonesia tengah menghadapi Belanda yang setiap saat menyerang wilayah Indonesia yang tersisa, tiba-tiba di Kota Madiun meledak pemberontakan yang kemudian dikenal dalam sejarah sebagai peristiwa pemberontakan PKI Madiun. Saat itu, wilayah republik kian menyempit imbas dari perjanjian Renville yang merugikan Indonesia.
Perjanjian Renville itu sendiri membuat pemerintahan di bawah Perdana Menteri Amir Syarifuddin jatuh. Mohammad Hatta (Bung Hatta) naik menggantikan Amir jadi PM. Menyikapi pemberontakan Madiun, Bung Hatta bersikap keras, menjawabnya dengan operasi penumpasan secara militer. Pasukan Divisi Siliwangi yang sedang hijrah ke Solo pun dikerahkan dibantu dengan pasukan TNI dari Jawa Timur.
Kota Madiun akhirnya bisa direbut. Para pentolan pemberontak pun kocar kacir menyelamatkan diri. Ternyata, dibalik cerita penumpasan pemberontakan PKI Madiun, terselip sebuah kisah yang sepertinya jarang diketahui orang. Kisahnya soal cinta-cintaan. Mirip seperti cerita sinetron. Adalah mendiang aktivis Soe Hok Gie yang mengungkapkan kisah itu dalam bukunya,” Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan,” terbitan 2005.
Dalam bukunya itu, Soe Hok Gie menukil sekelumit kisah tentang seorang wanita bernama Soemirah. Katanya, di Ngawi, ketika pemberontakan PKI Madiun meletus lantas diikuti dengan operasi penumpasan oleh TNI, ada kisah seorang wanita bernama Soemirah. Kisah yang jadi buah bibir ketika itu.
Soemirah, perempuan muda asal Ngawi itu tulis Soe Hok Gie, jatuh cinta kepada seorang algojo PKI. Bahkan demi cintanya, Soemirah tega memasukan suaminya dalam penjara, untuk ditahan PKI. Tapi naas, algojo yang dicintainya tewas oleh operasi militer yang dilakukan pasukan TNI. Cinta Soemirah pun putus di tengah jalan.
Soemirah lantas menggantikan sang kekasih jadi algojo PKI. Tapi karena terus dikejar pasukan TNI, Soemirah akhirnya masuk hutan ikut bergerilya bersama pasukan yang pro dengan PKI. Nasibnya pun berakhir tragis. Kisah Soemirah, hanya secuil dari beribu bahkan berjuta cerita yang sepertinya luput dicatat dalam narasi besar sejarah di republik ini.
Discussion about this post